Suara deru mesin mobil mewah Bara melesat kencang di jalan aspal yang terasa sempit dalam situasi seperti ini. Jantungnya berdegup keras, tangan gemetar di balik setir, sementara matanya terus memantau kaca spion dan lalu lintas di depannya. “Bara! Lebih cepat lagi, Nak! Tolong!” suara Mama Mira nyaris histeris dari kursi belakang. Diajeng terbaring lemah di pangkuannya, tubuhnya menggigil dan wajahnya pucat pasi. Keringat dingin membasahi pelipis, dan matanya hanya terbuka separuh, seolah menahan rasa sakit luar biasa yang mencengkeram perutnya. “Ma—mama…” lirih Diajeng. Napasnya pendek-pendek, nyaris putus. “Anaknya… jangan sampai… apa-apa…” “Ssstt, nggak apa-apa sayang… Kamu kuat, kamu harus kuat. Bayimu juga kuat,” lirih Mama Mira, meski matanya mulai berkaca-kaca. Jemarinya gemeta

