Suara deru mesin mobil Bhaskara terdengar menggema di halaman depan bangunan besar yang tampak sepi namun terasa mencekam. Bangunan itu adalah markas Radith, tempat di mana permainan kekuasaan, uang, dan kekejaman berkelindan dalam bayang-bayang malam Surabaya. Maven dan Bara turun dari mobil belakang, tetap berjaga, namun hanya Bhaskara yang melaju lebih dulu. Sorot matanya tak bisa dibantah—ia datang bukan untuk bernegosiasi, tapi untuk mengakhiri. Dengan tubuh tegap dan sorot mata menyala amarah, Bhaskara membuka pintu belakang mobil dan menarik paksa empat tawanan yang telah babak belur. Surya dan Mutia diseret lebih dulu, diikuti dua pria lainnya yang sempat menjadi penghuni ‘lantai bawah’ markasnya selama hampir dua bulan. Lemparan kasar dari Bhaskara membuat tubuh-tubuh mereka ter

