Langit Semarang telah berubah gelap ketika Maven kembali ke lantai utama vila keluarga. Suasana masih ramai oleh suara tawa dan obrolan dari para kerabat yang tengah bersantai selepas acara. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis yang dicintainya. Mita tak terlihat di antara mereka. Langkah kaki Maven semakin cepat, menyisir seluruh ruangan, hingga akhirnya ia mendapati Mama Dinda sedang duduk santai bersama dua tante lainnya sambil menikmati teh hangat dan kue tradisional. “Mama,” panggil Maven langsung, suaranya tegas namun masih sopan. Mama Dinda menoleh, tersenyum hangat. “Iya, Nak?” “Mita di mana? Aku sudah cari dari tadi, dia nggak ada.” “Oh, Mita sudah pamit tadi, katanya harus segera pulang karena ada hal penting di kantor. Sudah izin kok, katanya juga sudah bilang ke k

