Mata Zahrul terasa perih. Dia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya kali ini. Rasanya kacau dan sangat bersalah. Dihadapannya terbaring wanita yang sangat ia cintai. "Maafin kakak, Shella." "Kamu kapan bangunnya, kamu nggak pengen ngomelin kakak.' "Kakak bolos kerja loh." "Jangan diam terus, sayang." Zahrul tahu, mungkin orang yang melihatnya akan mengira dirinya bodoh. Karena berbicara dengan orang yang sedang tidak sadarkan diri. Sudah hampir dua hari Shella sama sekali tidak menunjukkan perkembangan. Dia masih nyaman dengan tidurnya. Sungguh, Zahrul begitu merindukan wanita dihadapannya ini. Wajah Shella semakin pucat, meskipun Zahrul masih mengatakan Shella cantik dengan wajah seperti ini. Ketukan pintu membuat Zahrul beranjak dari duduknya. Dia tadi memang memanggil orang suru