Rumah bunda sudah sepi dan gelap karena lampu utama sudah dimatikan. Dengan gontai aku berjalan menuju ke arah tangga, tapi langkah kakiku terhenti ketika tiba tiba lampu menyala benderang. Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya tampak berdiri menatapku dengan wajah khawatirnya. Pasti Via pasti sudah memberitahu tentang kejadian di apartemen tadi, karena itulah bunda sengaja menunggu kedatanganku. Tanpa mengucapkan sepatah katapun bunda menghampiriku dan memelukku hangat. Tangisku pun meledak tanpa bisa aku bendung lagi. "Aku harus bagaimana Bun?" ucapku di antara isakan tangisku. "Ayo ngobrol sebentar sama Bunda!" Dengan menggandeng tanganku, bunda membawaku menuju ke sofa dan duduk di sana. Aku serasa ditampar rasa bersalah saat mendapati sorot matanya yang tampak cemas. Apalagi