Selesai mengurus semua, Cello dipindahkan ke ruang inap. Aku tidak bisa menyembunyikan tangisku lagi melihat keadaan Cello yang mengenaskan. Kaki kirinya yang digips diletakkan lebih tinggi untuk meminimalisir rasa sakitnya. Luka jahit yang terbalut perban juga ada di paha, lengan dan pelipis. Belum lagi luka memar dan lecet di beberapa bagian tubuhnya. Meski aku bersyukur keadaan anakku tidak sampai lebih parah dari ini, tetap saja aku tidak sampai hati melihatnya terluka begini. Sudah ada kedua mertuaku, Bang Ibra, Freya dan Dirga di sini. Aksa ada di sana, berdiri mematung menatap Cello yang masih terlelap dengan sorot mata tidak terbaca. Entah apa yang sedang dia pikirkan dibalik diamnya itu. Sejak masuk dan melihat keadaan Cello, tidak sepatah katapun keluar dari bibirnya. "Cello