Aku merasa agak bersalah pada Dila. Sampai jam sembilan pagi waktu setempat, dia masih enggan bangun dan setia bergelung dengan selimutnya. Matanya masih terpejam rapat, juga napasnya masih sangat teratur. Tidurnya benar-benar pulas, padahal harusnya dia merasa lapar. Ini memang salahku. Iya, jelas salahku. Aku membuatnya tidur kemalaman, bahkan masih membangunkannya lagi ketika menjelang pagi. Apa aku sedikit keterlaluan? Jujur saja, yang semalam itu benar-benar melebihi ekspektasiku. Apa pun yang Dila lakukan selalu berhasil memancingku untuk melakukan lebih dan lebih lagi. Paginya, setelah aku dan Dila sama-sama sudah mandi, aku membiarkan dia tidur sampai detik ini. Di satu sisi saat ini aku ingin membangunkannya dan mengajaknya sarapan, tetapi di sisi lain aku tidak tega. Tidur