“Enggak asem apa, Ma? Hiii!” Ken lagi-lagi bergidik ketika melihat Dila sedari tadi makan mangga muda yang dia oleskan ke sambal rujak buatan Ibu. Ken hanya terus bertanya, tetapi dia tidak berani mencobanya. “Ken enggak pengen, apa? Enak, lho ...” “Kata Papa rasanya asem. Enggak enak!” “Kalau enggak enak, Mama enggak makan. Mau nyoba enggak? Gigit dikit, yang kecilll, aja.” Dila juga sedari tadi tidak bosan-bosannya merayu Ken, tetapi tampaknya belum juga berhasil. “Enggak mau!” “Ya udah, biar Mama habisin sendiri.” Saat ini Dila sudah habis hampir dua buah, dan dia sudah berniat mengupas buah ketiga. Kali ini aku segera menahan tangannya agar berhenti. “Dil, jangan banyak-banyak. Kalau asem nanti perutmu sakit.” “Enggak asem sama sekali, Mas. Orang enak.” “Mana mungkin?”