Marsha selesai dari urusannya di toilet, dia berjalan menuju minimarket, namun kakinya terpaku menatap seorang pria yang sudah menenteng tas belanjaan, sementara dia duduk di kursi tepat di bawah eskalator. Marsha menghela napas frustasi dan menghampiri Keilana yang tengah bermain ponsel. “Itu?” tunjuk Marsha, “mana struknya?” imbuhnya. Keilana pun berdiri sambil tersenyum lebar. “Enggak perlu Sha, sesekali enggak apa-apa kan mentraktir kamu?” ujar Keilana. “Mana struknya?” tanya Marsha menahan geram tangannya terulur meminta bukti pembayaran itu. Keilana tak bisa berdebat, apalagi Marsha sedang mendapat periode bulanannya yang pastinya emosinya tidak stabil. Dia mengeluarkan dompet dari sakunya dan menyerahkan kertas struk yang tersimpan dengan kartunya itu. Marsha ingat pernah mengir