Anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan, meja memanjang yang bisa dihuni belasan orang itu hanya terisi sebagian saja. Pegawai villa yang membantu menyiapkan makan siang untuk mereka semua. Hanya Marsha yang tidak ada di meja makan. semuanya menatap ke arah tangga, tak ada tanda-tanda kemunculan Marsha. “Panggil Marsha, Kei,” suruh sang ibu. Keilana pun mengiyakan ucapan ibunya. Dia berjalan ke arah tangga menuju kamar Marsha. Didorong pintu kamar yang tertutup namun tak terkunci itu. Marsha tampak meringkuk dengan rambut setengah basah, ada hair dryer di atas meja. Sepertinya dia terlalu mengantuk bahkan sebelum selesai mengeringkan rambutnya. Keilana dengan perlahan duduk di tepi ranjang dan memegang bahunya. Tubuh Marsha bergerak untuk menarik selimut lebih tinggi. Matanya t