EMPAT PULUH TIGA

1992 Kata

"Ale ... merem dong!" titah Abel lembut sekali. "Eh?" Ale gugup. "Mau ngapain?" Mungkin tidak, ya, Abel mau menciptakan momen romantis mereka dengan ... ciuman, misalnya? "Ayo, merem!" ulang Abel. "Nggak kebalik nih, Bel? Harusnya kamu yang merem," balas Ale. Soalnya Ale tidak mau jadi yang pasif, dia lebih suka agresif. Abel mengerling. "Ya udah, nanti gantian." Sepakat. Ale memejamkan matanya. Ada desiran hangat di hati, pun juga dengan jantung yang mulai maraton mengimbangi. Wajar, pikiran Ale melayang terbawa nafsu. Harusnya, saat sedang berdua jangan lupakan makhluk ketiga. "Abel--" "Jangan ngomong!" Tapi Ale gemas, dia kepo. Sudah satu menit terpejam, tapi belum mendapat jawaban dari kenapa dia harus menutup mata? Ale tidak sadar mengepalkan tangannya. Kalau saja dia tid

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN