Merasa dirinya sebentar lagi akan dipecat, Qai lantas bergerak cepat untuk mengatur strategi. Siang harinya, Qai langsung menemui Rumi dan mengajak gadis itu untuk makan siang di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor. Qai hanya butuh ruang agar bisa bebas membicarakan semua hal dengan Rumi. “Aku gak enak sama mbak Thea, loh, Mas,” keluh Rumi sekali lagi ketika keduanya baru saja duduk saling berhadapan. “Nanti kalau ada teman atau keluarga mbak Thea yang lihat kita, bisa salah paham.” “Ini cuma makan siang biasa, Rum,” ujar Qai lalu tidak melanjutkan kalimatnya karena seorang pelayan datang untuk mencatat menu mereka terlebih dahulu. Setelah selesai dengan urusan menu, barulah Qai melanjutkan kalimatnya. “Dan aku memang ada perlu sama kamu,” kata Qai sembari melihat ke sekeliling kaf

