Dandi membutuhkan waktu untuk memproses sesuatu di dalam otaknya. Mendengar nama Hera Mahajana, itu berarti … wanita yang baru saja berlalu dari hadapannya adalah putri Lingga, pemilik Glory saat ini. “Serius itu Hera?” tanya Dandi butuh kepastian dari Qai. “Hera … Hera anaknya pak Lingga, bukan? Pemilik Glory?” “Ya, dia Hera,” jawab Qai seraya beranjak membawa lipatan tisu yang berisi helaian rambut Hera. Ia mengambil satu lembar kertas HVS, meletakkan benda tipis itu di atasnya. Melipat kertas itu dengan rapi, kemudian ia memasukkan benda putih itu ke dalam dompet. Qai kemudian mencibir pada Dandi. “Aku kurang setuju kalau kamu deketin Hera.” “Ha?” Dandi mengerjap, tersadar dari lamunannya. “Apa tadi, kurang setuju kalau aku sama Hera?” kemudian ia berdecih dan lanjut terkekeh kec

