Qai baru saja menghempaskan tubuh puasnya di samping Thea, ketika ponsel yang ia letakkan di atas nakas berbunyi tanpa henti. Hanya menoleh, dan Qai tidak berminat sama sekali untuk mengangkatnya. “Siapa, sih, yang nelpon jam segini?” decak Thea masih sibuk mengatur napas setelah kembali menyatu dengan sang suami. “Bukannya kamu libur hari ini, Beb? Apa orang kantor?” Mendengar Thea menyinggung tentang kantor, Qai pun seketika berdecak. Di malam pertamanya menyandang status sebagai seorang suami, Qai enggan direpotkan dengan urusan kantor sama sekali. “Angkat bentarlah, Beb,” decak Thea sembari memiringkan posisinya agar bisa melihat sang suami. Qai kembali berdecak. Seharusnya, ia mematikan ponsel di malam pengantinnya seperti sekarang. Menjulurkan satu tangannya untuk mengambil ponse

