Barry meraup bibir tebal itu dengan lembut, sambil tangannya menyelusup ke balik blus sutra milik Lisa, menyentuh gundukan kenyal yang masih terbungkus bra berenda. Meremasnya dan membuat sebuah lenguhan lirih lolos dari sela ciuman mereka. “Mmmhhh ….” Lisa mengeluh. Barry memperdalam ciuman mereka, tak peduli pada kabin mereka yang masih terbuka. Pelayan yang hendak mengantarkan sampanye, tampak terkejut namun sepertinya itu tak membuatnya gugup dan bisa menguasai diri. Karena memang pemandangan seperti itu sudah biasa dia lihat di kabin mewah dan mahal ini. “Permisi!” Lisa terkejut dan sontak mendorong d**a Barry, perempuan itu memalingkan wajahnya ke arah jendela. Sebaliknya, Barry justru terlihat tenang dan tersenyum seperti tak terjadi apa-apa. “Ya?” Pelayan itu pun tersenyum