Setelah hampir seminggu menjalani perawatan di rumah sakit, Alin akhirnya diperbolehkan pulang. Meski tubuhnya mulai pulih, hati Alin masih terasa kosong. Ia hanya menjalani harinya dengan diam dan sering terlihat melamun. Kejadian demi kejadian yang menghancurkan hidupnya masih menghantui pikirannya. Namun, di sisi lain, Arman selalu ada di sana. Ia menjadi sosok yang setia, mengurus semua keperluan Alin tanpa keluh kesah, memastikan Alin tidak merasa sendirian. Pagi itu, setelah memastikan semua barang Alin sudah siap, Arman mengajaknya pergi. “Kita tidak akan pulang ke rumah sakit lagi, kan?” tanya Alin dengan nada lemah. Arman tersenyum kecil. “Tentu tidak. Ada tempat lain yang ingin kutunjukkan padamu.” Selama perjalanan, Alin hanya diam sambil menatap keluar jendela. Perutnya yan