Dewa memberikan sebuah kartu debit pada Mala. Isinya uang lima puluh juta rupiah. Semua uang itu bisa digunakan Mala untuk kebutuhan kuliah, kebutuhan sehari-hari atau untuk makan. Bagi Dewa mendapatkan uang sebanyak itu tidaklah sulit, karena dia adalah anak salah satu konglomerat dengan harta yang tidak akan habis untuk tujuh turunan. Setiap anak akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Dewa lebih memilih menjadi dosen, mengikuti keinginan pribadi daripada bekerja di kantor ayahnya.
"Kartu apa ini, Mas?"
"Kartu ATM debit, gunakan untuk kebutuhanmu. Isinya ada lima puluh juta."
"Hah? Banyak banget. Buat aku satu tahun pun belum tentu uang ini bisa habis."
"Kamu habiskan dalam satu hari juga tidak masalah. Kamu bisa beli baju bagus, beli tas bagus bahkan sepatu bagus. Mulai sekarang kamu juga harus memperhatikan penampilan kamu, karena kamu sekarang kan istriku."
"Kalau begitu, Mas mau nggak temani aku belanja? Kayaknya aku butuh banyak masukan dari Mas untuk penampilanku."
"Tentu saja, tapi ada syaratnya. Syaratnya cukup mudah, jadi istri yang baik, dan menuruti semua kemauan suami, gimana?"
"Oh, iya aku baru ingat, besok pagi aku ada kuliah, ada quiz pula, belum belajar. Aku pamit tidur duluan, ya, Mas. Makasih buat kartunya, Mala janji akan digunakan sebaik-baiknya. Selamat malam." Mala mencari alasan untuk menghindar.
"Belum apa-apa kamu sudah takut duluan. Memangnya saya mau ngapain kamu?"
Mala bergegas ke kamar meninggalkan Dewa sendiri di ruang tengah. Dewa hanya tersenyum melihat tingkah Mala malam itu. Bagi Dewa sekarang, mengerjai Mala adalah hal yang menyenangkan. Dia tidak sabar menunggu reaksi Mala selanjutnya.
Di kamar, Mala segera tidur. Dia pikir dia harus bangun lebih pagi dan berangkat kuliah lebih pagi dari biasanya. Bahkan sebelum Dewa bangun. Dia harus keluar dari rumah itu sebelum Dewa bangun, dan harus pulang juga sebelum Dewa pulang, karena dia sedang tidak ingin bertemu dengan Dewa. Dia takut menjadi salah tingkah jika berhadapan dengan Dewa.
***
Mala bangun jam 4 subuh, langsung ke kamar mandi. Sepagi itu Mala mandi. Setelah mandi dan berpakaian, Mala menunaikan salat Subuh. Selesai salat, dia mengambil tas dan pergi ke dapur. Mala mengambil beberapa buah di kulkas, dan memasukkannya ke dalam tas. Buah itu adalah sarapan pagi Mala. Tepat jam 5 pagi dia berangkat ke kampus.
Mala berangkat ke kampus dengan kendaraan yang lewat sekitar kampus. Bisa dengan angkot atau bis. Jalanan masih agak gelap, Mala putuskan untuk naik angkot, karena jam segitu belum ada bis yang lewat. Setelah satu jam perjalanan, Mala tiba di kampus. Sebenarnya jarak antara kampus dengan rumah Dewa tidak terlalu jauh. Tetapi karena angkot yang ditumpangi Mala rutenya berputar-putar, akan makan waktu lebih lama.
Mala turun dari angkot dan membayar ongkos. Lalu dia berjalan ke kelas. Mata kuliah pertama akan dimulai jam 6.30 pagi, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum mulai. Mala langsung menuju kelas, sampai dia kelas, Mala mengantuk, dia memilih kursi belakang, dan tidur sebentar sebelum kelas di mulai.
Di rumah Dewa sudah siap untuk berangkat ke kampus. Sebelum sarapan, Dewa menanyakan keberadaan Mala pada bibi. Bibi bercerita jika Mala sudah berangkat dari subuh, mendengar itu Dewa malah tersenyum, bahkan dia menahan tawa agar tidak didengar oleh bibi, karena khawatir jika bibi akan menceritakan pada Mala.
Di kampus, Dewa menyempatkan diri untuk mengecek jadwal kuliah Mala. Hari ini dia akan kuliah sampai jam 15.00 sedangkan udah esok dan lusa dia hanya ada kuliah jam 9 pagi. Dewa pikir jika Mala masih berupaya untuk menghindar dari Dewa, maka dia akan tetap pergi subuh dan pulang sore sebelum Dewa tiba di rumah.
Dewa akan membuat rencana untuk menggagalkan usaha yang dilakukan Mala. Untuk hari ini dan besok, Dewa akan membiarkan Mala. Tetapi Dewa sudah membuat rencana untuk lusa agar bisa membalas Mala yang berupaya menghindari dia.
Mala telah melewati hari yang padat dengan jadwal kuliah hari ini. Dia yang sudah berangkat dari subuh mulai merasa kelelahan di sore hari. Dia ingin hari ini cepat tiba di rumah, agar bisa langsung tidur dan beralasan pada Dewa jika dia tidur karena kelelahan di kampus.
Mala pulang dengan menaiki bis. Jika dibandingkan dengan naik angkot, maka dengan naik bis, Mala akan lebih cepat sampai di rumah, karena halte tempat turun bis juga tidak jauh dari rumah. Di bis Mala juga tertidur. Jika saja tidak ada orang yang turun di halte yang sama, mungkin dia akan kebablasan turun di halte terakhir.
Mala turun dari bis dan berjalan dengan gontai. Ingin sekali rasanya dia sampai di rumah, tetapi dia harus menguatkan diri agar bisa terus berjalan sampai di rumah. Setelah sepuluh menit berjalan, Mala tiba di rumah, dia menekan bel agar bibi membuka pintu pagar dan dia bisa masuk ke rumah.
Mala berjalan ke kamarnya. Tanpa pikir panjang Mala meletakkan tas di atas meja dia segera berbaring di tempat tidur hingga keesokan harinya tanpa mandi sore dan melewatkan makan malam. Bibi beberapa kali membangunkannya untuk makan malam, tetapi Mala terlalu lelah sehingga tidak juga bangun.
Hari ini dia tetap bangun subuh, mandi dan solat seperti biasa. Dia juga membawa buah untuk dibawa ke kampus. Namun, karena jam kuliah masih lama, Mala putuskan untuk mendatangi kos salah satu teman kuliah. Di sana dia ingin menumpang beristirahat sambil menunggu jam kuliah. Setelah mata kuliah hari itu selesai. Mala pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana dia hanya berkeliling melihat-lihat beberapa barang. Siang harinya Mala pergi ke makam ayahnya.
Di makam ayahnya, Mala berlama-lama untuk bercerita dan menghabiskan hari agar bisa pulang ke rumah sore hari. Matahari hampir terbenam saat Mala tiba di rumah. Hari ini dia masih sempet mandi dan makan malam sebelum Dewa pulang. Sehingga Mala tidur dalam keadaan bersih dan kenyang.
Keesokan harinya setelah salat Subuh, Mala tidak menduga jika Dewa telah mengetahui rencananya. Saat akan mengambil buah di Dapur, Dewa menyalakan lampu dan membuat Mala terkejut.
"Mas, ngapain di sini?" ucap Mala terkejut saat melihat sosok Dewa di dapur.
"Kamu yang ngapain? Mengendap-endap ke dapur terus buka kulkas, kaya maling aja."
"Aku mau ambil buah buat sarapan, aku ada kuliah pagi, jadi harus pergi subuh."
"Alah, semua ini cuma akal-akalan kamu saja. Kamu tuh lagi menghindari aku. Kenapa? Kamu takut aku bakalan ngapain sih?"
"Nggak, kok, Mas. Aku nggak menghindar."
"Ini jadwal kuliah kamu!" Dewa memberikan sebuah kertas pada Mala yang sudah dia pegang dari tadi. "Kamu nggak ada kuliah pagi ini, mau ngapain kamu di kampus? Cuma duduk nggak ada kerjaan, terus bengong nunggu jam masuk kuliah? Apa itu namanya kalau bukan menghindar?"
"Engg, anu, Mas."
"Sudah jangan banyak alasan. Hari ini saya antar kamu kuliah. Selesai kuliah kita pergi. Jangan tanya ke mana, pokoknya ikut saja apa kata saya. Mengerti?"
"Iya, Mas, ngerti. Jadi sekarang saya ngapain?"
"Terserah kamu, mau balik ke kamar, atau mau ikut ke kamar saya?"
"Ya, sudah saya balik ke kamar aja. Nanti kita ke kampus jam berapa, Mas?"
"Jam 8. Sebelum jam 8 kamu harus udah siap. Nggak boleh telat!"