Usai mengawasi pelatihan, Galih duduk di lantai paviliun bersebelahan dengan gurunya. “Aku tidak menyangka kamu masih menanamkan semua hal yang pernah aku ajarkan padamu sampai detik ini.” “Galih tidak mungkin melupakannya, Guru.” Ujarnya dengan kepala menunduk hormat. “Hm.” Ki Sarwo menyentuh bahunya. Galih merasa aliran energi menyalur dari dalam telapak tangan Ki Sarwo masuk perlahan ke dalam tubuhnya. Berupa sekumpulan cahaya masuk perlahan menyatu dengan energi dalam aliran darahnya. Awalnya Galih mengira hal tersebut merupakan sebuah kebetulan semata, namun ternyata Ki Sarwo sengaja menyalurkan energi tersebut untuknya. Galih sama sekali tidak berani beringsut, pria itu tetap duduk dengan posisi bersila. Kedua matanya terpejam, mulai mengambil konsentrasi atas apa yang gurunya