“Semua yang dilakukan terasa ringan lantaran sadar akan kewajiban dari seorang abdi, dan begitu juga sebaliknya semua yang dilakukan akan terasa berat lantaran tidak menyadari siapa dirinya! Hanya dengan terus mengingat dan menyebut nama-Nya, maka akan semakin terasa akan kehadiran-Nya. Dia hadir dalam setiap helaan nafas!” Pertempuran antara Aji dan Birawa sudah berakhir. Galih masih duduk di sana, pria itu segera berdiri saat kabut lenyap dari sekitar. Aji yang mengurus para pengikut Birawa. Sementara Galih berdiri bersebelahan dengan Ki Sarwo. “Kutukan itu, apakah karena itu Guru mencegah Galih?” Baru kali ini dia memberanikan diri untuk bertanya bukannya menelaah akan semua hal yang baru saja terjadi di sana. Dan kutukan tersebut tetap terucap namun bukan untuk Galih tapi untuk Aj