“Kamu masih mengajar?” Galih membuka kata ketika menarik kursi dan duduk di sana. Padahal dia tahu kalau Meila masih mengajar di sekolah yang sama. Tidak ada yang dia bahas, Meila sendiri tahu kakaknya tersebut selalu diam dan jarang sekali bicara kecuali membahas hal yang sangat penting. “Masih Bang, Bang Galih mau pergi?” Tanya Meila lantaran melihat Galih menyiapkan tas berisi beberapa lembar baju ganti. “Iya, aku ingin menjenguk Aji Satya. Sudah lama aku tidak menengoknya.” Galih tersenyum, dalam benaknya teringat putra semata wayangnya. Usai sarapan, Meila berpamitan padanya untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu mengambil telapak tangan Galih lalu berangkat dengan naik angkutan umum. Galih menutup daun pintu rumah, dia sendiri hendak pergi ke padepokan. Langkah kakinya tertahan s