“Aku memilih untuk tetap tinggal di sini, jadi apa salahnya?” Kedua bola mata Nyai Ratih mendadak berkaca-kaca menahan buliran bening yang sebentar lagi mungkin akan meluncur, jatuh pada kedua pipinya. Nyai Ratih menoleh ke Arah Galih yang masih duduk di dalam ruangan tak jauh dari tempatnya berdiri. Wanita itu masih menggenggam tongkat kayu miliknya. Perlahan tangan kanannya terulur ke arah Galih. Niatnya menangkap sosok Galih yang hanya berupa bayangan dari tempatnya berdiri. “Wangsa..” Ucapnya dengan bibir bergetar, hanya sesaat wanita itu menatap sedih pada Galih Arteja beberapa detik berikutnya gelak tawanya memenuhi seluruh penjuru ruangan. Memunculkan beberapa berupa khayalan dalam benak manusia! “Hihihihihihii!” Tawa mengikik mengerikan tersebut memunculkan sosok menyerupai Me