Aslan menghentikan gerakannya ketika ia merasakan ponselnya berdering di saku celananya. Dan begitu melihat nama pelatihnya tertera di sana, Aslan hanya mendengus kesal. Meletakkan ponselnya ke atas bench dan kembali menghantam samsak dengan tinjunya. Ponselnya berhenti berdering setelah beberapa saat, namun detik berikutnya, ponsel itu sudah kembali berkedip. Nama pelatihnya kembali muncul di layar. Aslan melayangkan satu tinju ke arah samsak sebelum akhirnya mengangkat telepon itu. “Apa lagi?!” bentaknya galak. “Kamu sudah memikirkan ucapanku?” Kepalan tangan Aslan semakin menguat saat mendengar pertanyaan dari pelatihnya itu. “Sudah aku bilang, aku tidak peduli!” jawabnya dengan geraman marah. “Tidak bisa, Aslan. Dia mas–” “Dia yang meninggalkanku! Kenapa sekarang aku harus pedul