BAB 11 LET START BABY

1787 Kata
KAWASAN BAHAYA HARAP BIJAK 18++ Arthur menikmati cairan yang berwarna keemasan itu dari gelas kaca yang ada dalam cengkraman tangannya meneguknya dengan perlahan begitupula sensasi terbakar langsung menyapa tenggorokannya yang telah membuatnya terbiasa perlahan lahan.meskipun,dalam kebisingan dentuman suara musik yang keras dari sebuah klub malam,yang baru saja ia datangi berapa menit yang lalu.tak mempengaruhi sedikitpun pikiran Arthur bagaikan sedang di alam lain,seperti ada pembatas yang membuatnya hanya terdiam sedari tadi tanpa berbicara sepatah katapun. Ia membenci mimpinya yang datang beberapa jam yang lalu,karena Arthur harus mengulangi rasa takut yang pernah terjadi padanya dalam hal itu Arthur benar benar membenci dirinya yang lemah.seorang wanita yang memakai pakaian yang cukup seksi dengan potongan dadanya yang cukup rendah hingga memperlihatkan hal yang sering kali mengudang nafsu pria lain.tapi tidak dengan Arthur karena saat ini hanya Valery yang bisa membuatnya bernafsu. ‘’ apa kau ingin menikmati malam panas bersamaku,aku yakin kau akan merasa bahagia.’’ Wanita itu berbisik di telinga Arthur dengan sensual bahkan tangan wanita itu telah menyusup disela sela kemeja Arthur yang terbuka. ‘’ pergilah aku tak bernafsu dengan w************n sepertimu.’’ Arthur berkata dengan ketus kepada wanita itu tanpa bersusah payah untuk melirik wajah wanita yang mungkin seperti menahan amarah.Arthur membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada wanita itu dan langsung di sambut dengan baik oleh wanita itu. ‘’ terima kasih tuan selamat menikmati malammu.’’wanita itu langsung pergi setelah menerima uang dari Arthur. Arthur hanya tersenyum tipis begitulah definisi wanita di mata Arthur,murahan.tak ada yang bisa setulus hati ibunya semuanya hanya mengincar uang dan kekayaan Arthur.apalagi jalang yang di pelihara ayahnya itu dan dengan bodohnya ayahnya menjadikan wanita sebagai istri sahnya Arthur tak bisa menepis bahwa ia juga seorang b******n yang mengikuti jejak ayahnya mengoleksi para jalang demi sebuah kepuasan semata,lalu kenapa Arthur tidak menikah padahal umurnya sudah cukup matang untuk membangun sebuah keluarga. Jawabannya bullshit tak ada kata keluarga dalam kamus Arthur ia telah melupakan arti keluarga sejak kematian ibunya.jika saat itu ayahnya terus menutut dan mencari pembunuh ibunya maka Arthur tetap akan menganggap ayahnya sebagai keluarga,tapi sialnya ayahnya malah menutup kasus itu layaknya semua itu terjadi karena kecelakaan tunggal. Arthur meneguk terakhir minum beralkohol itu sebelum berdiri dengan langkah yang sedikit terhuyung.mungkin bisa dikatakan saat ini ia mengalami mabuk tapi tak sepenuhnya ia mabuk total dirinya masih sadar hanya saja tak lagi bisa berfokus menyetir.Arthur masih bisa melihat dengan jelas pandanganya kedepan.masih bisa pulang dengan mengendarai mobilnya sendiri. Tangan Arthur membuka pintu mobilnya dan masuk duduk di kursi penumpang, dan bukanya duduk di balik stir mengemudi.karena ada orang lain yang akan ia panggil untuk melakukan hal itu untuk dirinya. Arthur menekan angka satu dalam panggilan cepat nomor Valery langsung muncul di layar ponselnya,Arthur harus menunggu beberapa waktu hingga nada sambungan itu berubah menjadi suara seorang wanita yang menyambutnya dengan lembut. " Hallo." " Jemput aku,aku mabuk." Arthur menyandarkan kepalanya pada kursi sandaran mobil. " Bagaimana aku menjemputmu aku tak punya mobil?." " Naik taksi!! Dan berhentilah di sebuah klub...cepatlah aku beri kau waktu 20 menit." Arthur menyebutkan alamat klub yang ia datangi dan mematikan sambungan telepon secara sepihak tanpa memperdulikan jawaban Valery. Arthur melemparkan handphonenya di dashboard mobil. Memejamkan matanya sembari menunggu bonekanya datang menjemputnya. **** Sedangkan disisi lain Valery sibuk mencari mantel dan dompetnya.ia melirik kearah jam dinding yang berada di dalam kamar utama. Sungguh di luar duganya Arthur kembali menyiksanya di pagi buta menelponnya dan mengatakan pada Valery untuk menjemputnya,apa Valery berhak marah? Sekali lagi tidak.ia hanya pasrah dan melakukan semua itu seperti orang yang sudah terbiasa. Valery keluar dari apartemen dan memastikan pintu terkunci sebelum ia pergi.hawa dingin langsung menyambutnya saat Valery melangkah keluar dari apartemen.tanganya menarik erat tali dan mengikat erat mantel hangat yang membungkus piyama dress tipis miliknya,Valery tak memiliki kesempatan untuk mengganti pakaian kerena Valery tak ingin mendapatkan amukan dari Arthur. Valery yang berdiri di pinggiran jalan terus melihat kearah kiri dan kanan.ia berharap masih ada taksi yang berlalu lalang di jam 2 pagi,meskipun hampir mustahil tapi Valery tak akan menyerah sampai satu mobil kuning muncul dari arah kiri. Tangan kanan Valery terangkat dan melambaikan berapa kali hingga taksi berhenti tepat di depanya.Valery menghembuskan nafasnya yang merasa gugup ia telah menyebutkan alamat yang Arthur berikan padanya kepada supir taksi. " Semoga saja ia sedang tak mengerjai aku." Valery hanya bisa berdoa di dalam hati karena ia sempat berpikir Arthur sedang mengerjainya,atau pikiran buruk lainya ia akan di jual untuk menjadi jalang seperti yang pernah Arthur katakan padanya. Entah berapa menit waktu di habiskan sepajang perjalanan Valery akhirnya sampai di sebuah tempat yang tak pernah ia datangi,bahkan tak akan pernah ia lakukan meskipun usianya cukup ilegal untuk masuk kedalam tempat yang menjadi surga bagi orang-orang. Tujuan Valery datang kesini adalah mencari keberadaan Arthur,maka ia segera menyudahi rasa penasarannya saat melihat tempat yang terus keluar dan masuknya wanita dengan pakaian yang sangat minim hampir seperti telanjang bagi Valery. Valery kembali mengeluarkan handphonenya dari saku mantel hangat yang ia pakai.mencari nomor yang belum dirinya save sama sekali karena Valery sengaja tak ingin menyimpannya. " Kau dimana!!." Valery harus menjauhkan handphone dari telinganya saat mendengar teriakan Arthur. " Aku di parkiran klub kau dimana?." Valery masih menjawab Arthur dengan nada yang lembut meskipun di dalam hatinya yang jahat ia ingin memaki Arthur. " Aku di dalam mobil." Valery melihat kembali handphonenya Arthur memutuskan sambungan sepihak lagi, membuat Valery harus berusaha lebih keras mencari nomor plat mobil Arthur di antara banyak mobil. Valery menemukan mobil Arthur dan memberanikan dirinya untuk mengetuk kaca yang berada di sisi Arthur. Pria itu langsung menurunkan kaca mobil dan mata biru itu kembali menatap Valery dengan dingin. " Masuk." Arthur memerintahkan Valery dengan nada pelan tapi cukup membuat Valery ketakutan. Valery menarik sisi pintu lain di samping Arthur,sekarang ia sudah duduk di balik stir mobil mewah milik Arthur. Baru saja ia akan mencoba menghidupkan mobil Arthur.tangan Arthur menghentikannya bahkan mencekam tangan Valery,membuat Valery mau tak mau menoleh dan menatap Arthur pria itu langsung menarik tengkuk Valery dan melumat bibir Valery. Bau alkohol sangat menyengat dari nafas hingga saliva Arthur yang kini telah berpindah di dalam mulutnya,ia hanya membiarkan Arthur menciumnya tanpa melakukan balasan karena bagi Valery untuk apa ia membalas ciuman Arthur, karena ia tau akhirnya ia juga akan kalah melawan ciuman brutal Arthur. Valery berusaha mendorong tubuh Arthur saat ia hampir kehabisan nafas,karena Arthur yang menciumnya tanpa berhenti sehingga pasokan nafas Valery hampir habis. Valery menghirup nafasnya sebanyak mungkin saat Arthur melepaskan ciuman mereka." Arthur kau mabuk?." Valery meletakan tangannya dengan ragu di permukaan pipi Arthur entah keberanian dari mana Valery dapat hingga ia memberanikan untuk menatap wajah Arthur dengan jarak yang begitu dekat,dengan cahaya remang dari lampu jalan yang menerangi mobil mereka. Valery melihat kepedihan itu.sangat jelas Valery melihat semua rasa luka di mata Arthur pria itu seperti menahan luka yang besar." Kau baik baik saja?." Valery kembali menanyakan pertanyaan yang seharusnya tak ia tanyakan kepada Arthur. Arthur menepis tangan Valery dari pipinya dan menarik Valery untuk berpindah duduk di pangkuan pria itu.awalnya Valery menolak dengan halus tapi,ia sadar bahwa Arthur tak akan mendengar perkataanya.karena, Arthur adalah iblis yang terperangkap dalam tubuh manusia. " Arthur jangan katakan kau.. " Valery menjada kata katanya saat menahan amarahnya saat pria itu telah merobek paksa celana Valery.Valery tak memakai apapun di balik dressnya saat ini. " Aku ingin melihat bonekaku jadi jalang malam ini." Arthur menurunkan kursi mobilnya hingga di posisi yang hampir seperti berbaring dengan tubuh Valery yang berada dibatasinya. Tangan Arthur melepaskan mantel yang membalut tubuh Valery dan hanya menyisakan dress tidur tipis bahkan Arthur bisa melihat pakaian dalam Valery sangking transparant. Bukankah Valery memang jalang kenapa wanita itu memakai pakaian setipis jika bukan karena ingin merayunya. " Arthur aku tak bisa.. Akhhh." Valery menggigit bibirnya saat tangan Arthur menyelinap di bawah tubuhnya dan menyentuh titik sensitif yang menjadi kelemahannya saat ini. " Lihatlah jalang kecilku sudah basah sekarang." Arthur semakin menyentuh dan menelusuri lebih dalam titik sensitif Valery. Sehingga yang Valery tak bisa berkutik selain mencekam kemeja putih Arthur dan menggigit bibirnya dengan kuat,berusaha menahan desahan yang memalukan baginya. " Kau masih tak mau menjadi jalang malam ini,padahal aku ingin melihat bonekaku bereaksi nakal seperti waktu itu." Arthur mendekatkan bibirnya di telinga kanan Valery sebelum berakhir dengan menggigit kecil daun kuping Valery. Terus mendorong tangannya menyentuh bahwa Valery dan memberikan ciuman lembut di leher Valery,kembali menghisap dan meninggalkan jejak di sana karena ia menyukai Valery memiliki tanda hasil seninya. Arthur membuka laci dasboard dan mengambil kantong kecil yang berbahan bludru,ia harus membuat bonekanya liar terlebih dahulu hingga Valery akan menyerah. Dua bola perak adalah mainan yang bisa membuat wanita berteriak hingga mencapai puncak kenikmatan itu.tangan Arthur mendorong bola perak itu masuk kedalam titik kenikmatan Valery. Dan kembali mendorong tubuh Valery duduk di kursi mengemudi." Ayo kita pulang aku lelah." Arthur menutup matanya dengan senyum tipis di bibirnya ia yakin Valery akan merasakan derita karana bola perak yang akan terus bergerak dan mengetakan di dalam tubuhnya. " Ahhh Arthur aku mohon keluarkan benda ini dari tubuhku." Valery yang awalnya masih belum menyadari apa yang Arthur masukan pada tubuhnya. Akhirnya tersadar saat bola itu terus masuk dan bergetar di dalam tubuh Valery,membuat Valery tak bisa menahan desahan yang keluar dari bibirnya tangannya mencekam stir mobil dengan kuat karena semakin merasakan bola itu semakin masuk setiap ia bergerak. " Terima saja hukuman cepat jalankan mobil Baby sebelum bola itu akan semakin menyiksamu lebih lama." Arthur mencium pipi Valery sebelum kembali memejamkan matanya seperti merasakan tak terjadi apapun. Sepajang perjalanan Valery terus mendesah entah berapa kali ia mendapatkan pelepasan karena bola sialan itu yang masih tertanam di bawah tubuhnya. Tapi Valery tetap menyetir mobil dengan konsisten meskipun otaknya kini sedang tak sejalan.tubuhnya berkali kali lipat lebih lelah ia benar- benar ingin semuanya berakhir,dan sampai di rumah karana Arthur berjanji akan melepaskan benda sialan itu darinya. Mobil berhenti di pekarangan apartemen mereka.bahkan Valery menekan rem dengan kuat hingga tubuhnya sempat maju ke depan jika bukan karena sabuk pengaman yang melindunginya.tanganya ingin menyentuh dan menarik alat itu keluar darinya. Tapi tangan Arthur mencekam tangannya kedua tangannya diikat dengan dasi yang entah berasal dari mana.wajah Valery sudah lelah ia hanya pasrah tak ada tenaga untuk sekedar melawan Arthur. " Ini bukanlah akhir dari segalanya Baby,permainan akan segera di mulai keluarlah." Arthur yang keluar terlebih dahulu dari mobil,membuka pintu mobil Valery. Menarik tangan Valery untuk keluar dan berjalan dengan bola perak yang masih menyiksa tubuh Valery. Kaki Valery bahkan gemetar saat akan melangkah ia merasakan cairan yang terus menetes di sepajang kakinya. Valery malu melihat dirinya yang benar- benar jalang dimata Arthur. " Argh!Arthur aku tak kuat berjalan." Valery berlutut membuat bola di itu semakin masuk lebih dalam. Arthur tersenyum melihat wajah Valery yang menderita,ia mengangkat tubuh Valery dan menggendongnya ala bride style. " Let's start Baby." ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN