BAB 12 TIDAK SEMUDA ITU UNTUK PERGI

1646 Kata
Adakah pelukan yang lebih hangat darimu Adakah cinta yang lebih baik dari pada pemberianmu. Bagaimana mengatakan cinta dengan cara terbaik. Seperti para penyair terbaik di seluruh dunia. Aku ingin lakukan itu untuk menyenangkan hatimu sebelum perpisahan itu - Sofia Hepbrun .................. Valery membuka matanya saat sinar matahari masuk melalui cela gorden kamarnya.matanya kembali fokus pada sepasang tangannya yang memeluk tubuhnya. Valery mencoba melepaskan tangan Arthur pada tubuhnya,tapi yang ia rasakan Arthur semakin menarik tubuhnya dan semakin merapatkan tubuh mereka. " Give me morning kiss." Arthur berbisik pelan ditelinga Valery membuat tubuh Valery membeku di tempatnya. " Kau tak ingin melakukanya?."Arthur membalik tubuh Valery dengan posisinya yang kini berada tepat di atas tubuh Valery. " Kau akan melepaskan aku setelah ini?." Valery memberanikan diri untuk menatap mata Arthur. " Tergantung.Jika ciuman masih kurang cukup.maka,aku tak akan melepaskan." Arthur mengangkat satu alisnya menggoda Valery dengan senyum smirknya. " Arthur sialan." Valery lagi lagi mengumpat atas ucapan Arthur yang terdengar tak masuk akal.karena,dia tau otak Arthur tak mungkin melepaskannya semudah itu. Tapi tak ada cara lain selian mencobanya bukan?.Valery mengalungkan kedua tangannya di atas permukaan leher Arthur dan menarik wajah Arthur berusaha untuk meraih bibir pria itu tapi,yang di lakukan Arthur malah menghindarinya sehingga Valery hanya bisa mencium pipi Arthur. " Tak semudah itu untuk kau mendapatkan bibirku." Arthur tertawa saat melihat wajah kesal Valery. Cup. Valery berhasil meraih bibir Arthur dan melumatnya saat Arthur lengah,jika Arthur pikir Valery tak bisa melakukanya maka Arthur salah besar. Begitu juga dengan Arthur.tiba-tiba ia juga terkejut saat mendapatkan ciuman Valery meskipun,hal itu sering di lakukan Arthur tapi berbeda cerita saat Valery yang melakukanya terlebih dahulu.ada sebuah debaran yang tak bisa Arthur ceritakan semuanya terjadi secara tanpa sengaja di satu sisi Arthur sadar bahwa Valery hanyalah mainannya dan ia tak boleh meletakan hatinya di sana. " Kau dibebaskan." Arthur menggeser tubuhnya dari atas tubuh Valery membiarkan wanita itu pergi darinya. Hal itu mengundang wajah aneh Valery.tapi hal itu hanya berlangsung sementara,karena Valery tak ingin mengulur waktu lebih lama hanya karena sikap Arthur yang memang aneh. Arthur membuka matanya setelah mendengar pintu kamar mandi tertutup. " Astaga ada apa denganku hari ini." Arthur yang telah dalam posisi duduk reflek menyentuh tempat dimana jantungnya masih berdetak dengan cepat. Arthur menuruni ranjang mengambil pakaiannya dan kembali memakainya.ia harus segera kembali Mensionnya untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian kantornya. Arthur membuka dompetnya dan meletakan black card di atas meja nakas. Sebuah kartu Yang hanya di miliki oleh kaum elite seperti Arthur Davidson salah satunya. Arthur pergi meninggalkan Valery tanpa meninggalkan pesan apapun untuk Valery.karena bagi Arthur bukanlah hal yang penting Valery pasti juga akan paham kenapa Arthur memberikan wanita itu black card miliknya kali ini,ketimbang memberikan uang seperti yang sering Arthur lakukan. Sedangkan di sisi lain Valery sedang mengeringkan rambutnya secepat mungkin,karena ia harus segera bersiap sebelum Depson menjemputnya. Saat Valery membuka pintu kamar mandi.Valery berusaha mengatur dirinya untuk bersikap santai di hadapan Arthur jika pria itu melihatnya. Langkah kaki Valery berhenti di tempat saat melihat rajang tempat tidur telah kosong,bahkan pakai Arthur kini tak ada lagi di tempat semula. " Kenapa kau sedih Valery bukankah kau sudah terbiasa seperti ini,bukankah kau sudah biasa di tinggalkan." Hal ini yang sering menyadarkan Valery bahwa sampai kapanpun ia hanya pemuas nafsu di mata Arthur. Kakinya berjalan menuju meja nakas dan menyentuh black card yang tercetak nama Arthur disana.senyum menyedihkan tampil di wajah Valery. " Lihatlah Valery kau akan segera menjadi wanita kaya,untuk apa kau memikirkan harga dirimu yang tak ada lagi." Valery terus berbicara sendiri. Tangannya menarik laci nakas di tempat yang sama.banyak tumpukan amplop putih,yang berisikan segepok uang yang tak pernah tersentuh oleh Valery. Valery mengambil botol kaca dan meminum obat yang selalu menjadi konsumsi wajib setiap harinya bagi Valery,agar ia tak melakukan kesalahan. " Tersenyumlah Valery katakan pada dunia kau akan baik baik saja." Valery memakai kemeja kantornya dan menata sedikit make up tipis pada wajahnya. *** " Siapa?." Pria yang sedang memeluk wanita yang telah ia cintai selama 2 tahun ini Sofia Hepbrun. " Daddy." Sofia memperlihatkan nama yang tampil di layar handphone canggih miliknya.dan pria itu langsung melepaskan pelukannya dari tubuh kekasihnya,membiarkan wanita yang berusia 31 tahun itu menjawab panggilan. " Hello daddy." Sofia menjawab panggilan dari ayahnya meskipun suaranya masih serak,karena baru saja tersadar dari tidur lelapnya. " Sofia apa kau masih berani untuk mengangkat panggilanku setelah kau melakukan kekacauan di:sana!!." Sofia menjauhkan handphone dari telinganya saat mendengar ayahnya berteriak. " Daddy bukankah Sofia telah meminta maaf kepada daddy?,kenapa kali ini daddy kembali membahasnya disini masih jam 7 pagi daddy dan masih terlalu dini untuk marah marah." Sofia pandai dalam merayu ayahnya,meskipun dirinya sering melakukan kesalahan yang membuat ayahnya marah.tapi Sofia yakin ayahnya tak pernah membiarkan itu bertahan lama karena Sofia putri satu satunya yang ia miliki. " Kapan kau pulang ke Perancis Sofia?,kau harus segera menikah dengan Arthur sebelum kematian." Sofia menghembuskan nafasnya masih dengan sikapnya yang tenang,membiarkan ayahnya berbicara hingga selesai tanpa memotongnya. " Daddy Sofia tak lupa,Sofia tau bahwa Arthur adalah calon suamiku tapi bisakah menunggu lebih lama lagi? Aku baru saja merintis usahaku Venice. dan aku tak ingin semuanya berhenti hanya karena ketidakmampuanku mengolahnya." Sofia kembali menjadi usahanya sebagai alasan kenapa ia tak kunjung pulang ke prancis tempat dimana ia dilahirkan. " Tinggalkan semuanya Sofia daddy akan menyuruh orang lain untuk mengolahnya,kau hanya perlu kembali dan mengontrolnya dari jauh." Sofia menggigit bibirnya dan memijat pelipisnya,benar juga.sampai kapan ia akan terus menghindari semua masalah ini. Tapi Sofia tak bisa melakukanya sedangkan ada hati yang harus ia jaga.ada hatinya yang juga butuh perlindungan,jujur saja Sofia telah bahagia bersama Erick pria yang telah menjadi kekasihnya hampir 2 tahun ini. Tiba tiba saja Sofia merasakan pelukan hangat erick pada tubuhnya bahkan Sofia bisa merasakan hembusan nafas erick,yang kini sedang meletakan kepalanya di celuk leher Sofia. " Daddy aku aku akan menghubungi daddy lagi nanti,saat ini aku harus pergi bekerja love you daddy." Sofia memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak,karena tak mungkin dirinya akan melanjutkan pembicaraan sedangkan Erick kini berada disisinya. " Are you okey?." Pertanyaan itu selalu Sofia dapatkan setiap harinya bahkan tak pernah absen dari bibir Erick. Sofia membalikan tubuhnya menatap pria jangkung yang lebih tinggi darinya.sehingga untuk melihat kearah erick Sofia harus mendongakkan kepalanya sedikit. " Semuanya baik baik saja sayang,tak ada yang perlu kau khawatirkan." Sofia meraih tengkuk erick dan sedikit menjijitkan tubuhnya untuk menyamakan tingginya sebelum akhirnya Sofia mengecup bibir Erick dengan singkat. " Erick i love you so much,bahkan tak pernah bisa terhitung seberapa banyak aku mencintaimu." Sofia mengatakan hal sebenarnya dari lubuk hatinya.meskipun,sebenarnya ia tak pernah terlalu mengumbar tentang perasaanya. Hanya saja saat ini tiba- tiba Sofia merasakan ketakutan.dia takut semua yang indah saat ini akan berakhir dalam waktu dekat ini,bahkan Sofia tak bisa membayangkannya tak akan pernah bisa ia bayangkan. " I love you more little girl." Erick meraih kedua pipi pacarnya dan mengecup kedua mata hidung dan yang terakhirnya adalah tempat terfavorit dimana lagi kalau bukan di bibir merah seperti Cherry milik Sofia. Sofia memeluk tubuh erick dengan erat.suara hujan terdengar jatuh membasahi taman di luar apartemen Sofia,tak ada yang lebih romantis selain menikmati hujan dengan berlindung di tubuh pria yang di cintai. Seketika Sofia meneteskan air matanya,ia menangis bukanya tanpa sebab.Sofia merasa ketakutan Sofia bingung,dirinya merasa ilang arah saat ini meskipun umurnya telah menginjak kepala tiga.tidak bisa di katakan anak remaja lagi karena,ia telah di pengunjung kata dewasa.dirinya akan berubah menjadi orang tua seiring bertambah umurnya. " Kau menangis?." Erick membuka pelukannya pada Sofia melihat kearah mata Sofia yang kini berubah menjadi merah dengan air mata yang masih mengalir di matanya. " Aku menangis karena kau bau erick! Mandilah aku tak tahan mencium bau tubuhmu." Sofia langsung tertawa terbahak bahak dengan air matanya yang masih menetes di wajahnya.hanya itu cara agar dirinya bisa menutupi hal yang baru saja terjadi padanya. " Semuanya tak lucu Sofia." Erick juga ikut tertawa tanpa alasan hanya karena tawa Sofia yang berhasil membuat rencana Erick yang awalnya ingin marah menjadi tawa. " Ayo kita mandi bersama demi menghemat air." Erick mengendong tubuh Sofia layaknya karung beras,dan menepuk b****g Sofia hingga membuat wanita itu menjerit namanya. " Erickk.." Sofia tak menyisakan kesempatan untuk mencubit pinggang Erick meskipun,di posisinya kepalanya yang saat ini menghadap kebawah. mereka terus tertawa bahkan sepanjang mandi mereka. **** " Terima kasih atas pemberian anda hari ini,karena saya tak pantas menerimanya saya memilih mengembalikannya." Valery meletakan kembali black card yang sedari tadi selalu ia bawa menunggu hingga Arthur kembali dari rapatnya. " Kau merasa itu terlalu berlebihan?." Arthur yang awalnya menatap pada kartu card yang terletak di atas mejanya, kini menatap pelaku yang mengembalikannya. " Iya." Hanya kata singkat itu yang bisa Valery katakan saat ini,karena ketika berada di kantor ia kembali merasakan atmosfer dingin yang menyelimuti dirinya. " Kenapa tak kau pakai saja untuk membeli apapun yang kau inginkan.bahkan,kau bisa membeli toko berserta isinya jika aku adalah kau maka,aku tak akan menyisakan kesempatan itu." Arthur masih saja tak habis pikir dengan jalan berpikir Valery yang aneh baginya. Bukankah Arthur tak percaya tapi Arthur lebih tak habis pikir ada wanita yang tersisa seperti Valery. " Terima kasih tapi untuk saat ini saya tak membutuhkan itu semua,hal yang ingin saya beli sekarang jika bisa mengunakan kartu itu...tentunya meminta anda pergi dari kehidupan saya!!." Valery masih berbicara dengan bahasa yang formal meskipun pembahasan mereka telah termasuk urusan pribadi.tapi,Valery tak akan melupakan posisinya saat ini. Brakk.. Arthur berdiri dan mendorong tubuh Valery hingga terbentur pada tembok,ia kembali mengurung Valery.menggunakan tangannya mata Arthur menatap tajam Valery. " Apa kau pikir bisa terbebas dariku,tidak semuda itu Baby bahkan sampai kau menangis darahpun tak akan membuatku melepaskan dirimu." Arthur berbisik di telinga Valery sebelum melepaskan Valery yang hanya terdiam. mata Valery tak sedikit berkedip menatap wajah Arthur tubuhnya tak lagi merasakan ketakutan.karena semua itu telah tertutup dengan rasa benci dan bengisnya melihat wajah iblis seperti Arthur. " kau picik Arthur!!." Valery membuka mulutnya dan mengatakan umpatnya dengan keras ketika melihat punggung itu menjauh darinya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN