BAB 10 TRAUMA

1447 Kata
Valery duduk di anak tangga apartemen masih dengan setelan pakaian kantor. ia menarik kaleng bir yang ia dapatkan dari kulkas, meneguknya beberapa kali sebelum kembali meletakkannya di sisinya. Waktu berlalu sangat cepat. tanpa sadar ia telah melewati hampir satu bulan dengan semua penderitaan, dan banyak hal yang menjadikan dirinya terbiasa seiring berjalanya waktu. Apa Valery baik baik saja? Kemungkinan dirinya bisa mengetakan ia baik baik saja adalah hal yang mustahil. Arthur pria itu membuat Valery melupakan ia pernah menjadi Valery yang ceria, karena satu bulan ini semua sifat Valery berbanding terbalik. " Aww aku harus mengobatinya lagi. " Valery melihat pergelangan tangannya kananya yang membiru karena cengkraman tangan Arthur. Valery merasa takut setiap malam menjelang karena ia takut akan kedatangan Arthur, Valery merasa takut jika Arthur akan memperlakukannya dengan kasar. Pintu apartemen tiba- tiba berbunyi dan Valery telah menebak siapa yang datang. jika bukan Arthur, lalu siapa lagi yang bisa mengakses pintu apartemen semau hatinya. Valery melihat kearah Arthur yang melempar jas dan tas kantornya di sofa putih yang ada di ruang tamu, Arthur berjalan mendekatinya. dan tiba tiba saja duduk di anak tangga yang sama dengan Valery hanya saja di tingkatan dibawah Valary. Arthur menarik tangan kanan Valery dan mengusapkan salep yang entah datang dari mana, tapi yang Valery hanya sensasi dingin dari usapan lembut jemari Arthur pada pergelangan tangannya. " Apa menyakitkan?" Valery terdiam membeku saat mendengar pertanyaan Arthur dengan nada yang hampir tak terdengar oleh orang lain, selain Valery. " Apa jawabanku penting?. " Valery tak pernah luluh pada ucapan Arthur meskipun sering kali perlakuan manis Arthur membuatnya bingung. karena menurut Valery, Arthur bagaikan memiliki 2 kepribadian ganda. " Tidak. " Arthur membawa jemari tangan Valery dan menggenggamnya dan meletakkannya di dalam dekapannya. " Aku lelah. biarkan aku terlelap sebentar. "Arthur memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada tubuh Valery yang berada di belakangnya. " Kau pikir aku tak lelah? " Valery ingin mengatakan itu tapi ia tak memiliki keberanian itu, sehingga kata kata itu hanya berlaku di dalam hatinya. Satu tangannya ia gunakan untuk menepuk dadanya Arthur, dirinya seperti seorang ibu yang sedang membuat anaknya tertidur lelap. seharusnya saat ini Valery menusukan benda tajam pada tubuh Arthur, atau mencekik leher Arthur seperti yang pernah pria itu lakukan kepadanya. Tapi Valery tak akan pernah bisa melakukan hal itu meskipun ia menginginkan. entah di dalam hati kecil Valery ia merasakan bahwa Arthur masih memiliki hati nurani sebenarnya, hanya saja pria itu menutupnya dan tak membiarkan orang lain melihat sisi yang lemah itu. Sedangkan disisi lain Arthur kembali bermimpi akan kejadian yang pernah ia alami saat dirinya masih kecil. Flashback. 24 tahun yang lalu summer. " Mommy cepatlah aku tak sabar untuk pergi melihat lumba lumba. " Arthur menarik dress ibunya yang saat ini masih merapikan diri di depan kaca rias. " Tunggu sebentar Arthur. " Camille hanya menggelengkan kepalanya karena sudah menjadi kebiasaan anak satu satunya ini memiliki sifat yang tak sabaran. " Mommy apa daddy tidak datang menemani kita. " Tangan Camille yang baru saja akan mengusapkan lipstick di bibirnya berhenti seketika, raut wajahnya tiba tiba saja sedih ia tak tau dimana keberadaan suaminya saat ini karena memang beberapa bulan belakang ini. suaminya selalu sibuk mengolah perusahaan milik ayah Camille. " Arthur tak bisakah kali ini hanya pergi bersama mommy, maaf mommy tak bisa mengajak daddy untuk ikut kali ini. tapi, mommy janji suatu hari nanti kita akan pergi bersama. " Camille tersenyum meskipun jauh di dalam hatinya berkata sebaliknya. Sedangkan Arthur kecil dirinya tau dimana ayahnya sekarang, hanya saja Arthur kecil memilih untuk merahasiakannya karena ia tak ingin melihat ibunya menangis. Arthur kecil tersenyum bahagia karena ibunya kini telah bersiap untuk pergi bersamanya. mereka bahkan telah memesan tiket jauh jauh hari hanya, untuk mendapatkan tempat duduk paling depan. " Mommy. apa mommy yang akan membawa mobil?. " Mata Arthur kecil berbinar saat melihat ibunya yang lebih dahulu masuk dan duduk di balik setir mengemudi, untuk pertama kalinya sejak ia kecil Arthur merasa mimpi terwujud pergi berdua dengan ibunya tanpa supir yang bisanya mengantar dirinya ke sekolah. " Bukankah ini salah satu keinginan Arthur. "Camille mencium pipi Arthur saat pelayan membantu Arthur duduk di sebelahnya dan memakaikan Arthur sabuk pengaman. " Nyonya apa anda yakin akan menyetir sendirian kali ini?. " Pelayan yang sudah lama menjaga Arthur bahkan sejak Arthur lahir bertanya dengan wajah yang khawatir. saat melihat nyonya besar menyetir mobil setelah bertahun tahun tak melakukanya. " Tenanglah aku punya SIM dan aku punya banyak pengalaman menyetir, terima kasih telah menghawatirkan aku. Percayalah aku akan baik baik saja. " Camille menutup jendela mobilnya dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia melirik pada putranya yang terlihat sangat bahagia bahkan Arthur kecil terus menyanyi sepajang perjalanan. Awalnya perjalanan mereka baik- baik saja. tapi Camille merasa ada 2 mobil yang mengikutinya sedari tadi. Camille sempat berpikir positif bahwa mereka memang memiliki tujuan yang sama, tapi semakin lama mobil itu semakin menyamai kecepatan mobil Camille. mau tak mau Camille menaikan gas mobilnya, menambah kecepatannya karena ia merasakan sebuah perasaanya yang tak nyaman. " Mommy aku takut. " Bahkan Arthur kecil semakin ketakutan saat melihat ibunya menambah kecepatan mobil mereka. " Pegangan dengan erat nak, kita akan balapan seperti di film kartun Cars. " Camille berusaha untuk menenangkan anaknya agar Arthur tak menangis. Kaca jendela belakang mobil Camille di tembak. hingga suara retakan terdengar tapi tidak sampai menembus kedalam. Camille masih gencar untuk menyelamatkan dirinya dan juga buah hatinya Arthur yang saat ini ketakutan menarik dressnya. Arthur tak ingat jelas lagi apa yang terjadi kerena ia hanya mendengar ibunya menyuruhnya untuk tetap diam di dalam mobil dan saat ia membuka matanya, kepalanya terasa sakit dan posisinya di gantung dengan kepala yang menghadap kebawah di ruangan yang sangat gelap. hanya ada satu penerangan cahaya dari lilin yang terpasang di tengah ruangan. " mommy. " Arthur kecil melihat ibunya yang telah tak sadarkan diri dengan wajah yang penuh darah. Flashback off. Valery yang masih memeluk tubuh Arthur merasakan tangannya di cakram kuat oleh Arthur, dan Valery melihat keringat dingin yang telah membanjiri permukaan wajah Arthur. pria itu tidur dengan wajah yang meringis seperti menahan kesakitan membuat Valery panik dan menepuk wajah Arthur berusaha membangunkan pria itu. " Arthur. . Arthur sadarlah!. " Valery berhasil membuat Arthur terbangun dan tersadar dari mimpinya matanya menatap tajam Valery. Tiba tiba saja Arthur langsung berdiri dari posisi duduknya, ia segera berjalan menuju sofa mengambil kunci mobilnya dan pergi tanpa sepatah katapun untuk Valery. " Ada apa dengannya?, kenapa Arthur terlihat aneh. " Valery juga masih penasaran apa yang membuat Arthur seperti itu. Tapi Valery merasa lega karena malam ini ia tak harus melayani Arthur pria itu pergi dan Valery bisa memastikan Arthur tak akan kembali lagi. " Terima kasih tuhan hari ini aku bisa beristirahat dengan tenang. " Valery mengadakan kepalanya ke langit sebelum ia berdiri dengan tubuh yang terasa sangat sakit, karena menyanggah tubuh Arthur yang tertidur hampir 2 jam dan saat ini Valery butuhkan adalah air hangat. Arthur membawa mobilnya dalam kecepatan tinggi, dari sekian tahun ia tumbuh dewasa baru kali ini dirinya kembali memimpikan hal yang sudah lama dirinya lupakan tapi tak bisa menghapus lukanya. Karena ia tak bisa membuktikan siapa yang di balik pembunuhan ibunya dan penculikan atas dirinya. memory itu pernah hilang dalam ingatan Arthur pasca trauma yang dirinya alami membuat ia mengalami koma dan tak sadarkan diri hampir 10 hari. Mobil Arthur berhenti di sebuah pekarangan rumah mewah bak bagaikan istana. rumah seorang yang hingga detik ini ia benci siapa lagi kalau bukan ayahnya dan selingkuhan yang merupakan seorang model kini telah menjadi istri sahnya, dan satu hal lagi yang membuat Arthur membenci ayahnya karena pria itu memiliki anak dari wanita lain bahkan 1 tahun lebih tua dari Arthur. siapa lagi kalau bukan Marcel Davison tak ada yang percaya bahwa mereka adalah saudara kandung karena dari visual wajah mereka sangatlah jauh Arthur memiliki mata biru warisan dari ibunya sedangkan Marcel memiliki mata coklat muda seperti ayahnya Thomas. " Apa kau berpikir aku melupakan kejadian 25 tahun yang lalu itu dad?. " Kilat kemarahan muncul di mata Arthur ia menyadari pasti ada seseorang yang memiliki rencana di balik semua ini. dan tak menutup kemungkinan ayahnya yang melakukan hal ini. Karena ayahnya tau Arthur pernah memergoki ayahnya bersama wanita yang berbeda dari istrinya saat ini. dan mungkin saja itu adalah ibu kandungnya Marcel. Arthur kembali menghidupkan mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah mewah itu, saat ia melihat mobil merah milik Marcel yang datang memasuki pintu gerbang tinggi yang terbuat dari baja itu. keluarga apa yang selama ini di beritakan sebagai keluarga terbaik?dari mana mereka melihat sisi baik itu sedangkan semuanya hanya sandiwara yang tiada akhir. semakin Arthur melihat berita yang selalu muncul wajah ayahnya setiap bulan dalam majalah bisnis membuatnya semakin muak
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN