‘’ Depson apa kau tau tuan Arthur alergi akan kafein?. ’’ Valery memberanikan dirinya lagi untuk bertanya pada Depson.
‘’ maafkan aku nona. aku lupa mengatakan padamu jika tuan memang memiliki alergi terhadap kafein hal itu sempat saja hampir merenggut nyawanya 7 tahun lalu lebih tepatnya, sejak saat itu tuan tak pernah lagi mengkonsumsi apapun yang mengandung kafein entah dalam berupa makanan ataupun minuman. apa terjadi masalah nona?. ’’ Depson melirik wajah Valery dari kaca di depannya.
‘’ jika sedikit saja ia meminumnya? tidak maksudku, mungkin hanya merasakan sedikit saja apakah tuan akan baik baik saja?. ’’Valery bingung harus menjelaskan pada Depson bagaimana karena, tak mungkin ia mengatakan bahwa pagi ini karena ciumannya Arthur kembali merasakan kopi secara langsung tak langsung.
‘’ selama tuan tak menelannya. maka kurasa akan baik baik saja nona, hanya saja lebih baik menghindarinya. ’’Depson merasa Valery melakukan kesalahan. hal itulah yang menjadi alasan kenapa Depson menerima telepon kemarahan dari Arthur pagi tadi.
Jujur saja Depson merasa kasihan kepada Valery wanita itu harus menjadi wanita yang harus di permainkan oleh tuanya Arthur. jika wanita itu bukanlah Valery maka Depson tak akan merasa kasihan karena ia tau wanita wanita yang sebelumnya bersama Arthur hanya menyukai uang Arthur dan mereka menerima dengan sukarela di perlakukan Arthur dengan semena mena. tapi Valery hanya wanita polos di mata Depson wanita yang tak tau harus melakukan apa karena paksaan Arthur. Depson berharap suatu hari Arthur dapat berubah dan ia tak akan membuang Valery seperti mainan yang rusak.
Mobil yang di Kendari Depson kini telah sampai di perusahaan entah kenap hari ini Valery merasa ketakutan jika harus kembali bertemu dengan Arthur, tanpa sengaja ia meraba lehernya bahkan rasanya sampai sekarang masih terlintas di benak Valery . perlakukan kasar Arthur membuat Valery merasakan takut.
Ia berjalan masuk melewati pintu putar masuk dengan kepala yang menunduk karena, saat ia tiba tiba saja Valery merasakan atmosfer yang aneh. semua orang yang berlalu lalang di hadapannya kini jelas jelas menatap wajahnya dengan tatapan yang Valery rasa bagaikan sebuah kebencian.
ia berdiri di depan lift dengan para karyawan yang lain tangan Valery hanya mencekam kuat tali tasnya dan menatap kearah sepatunya sampai suara seseorang membuatnya mengangkat kepala secara reflex.
‘’ angkat kepalamu, semakin kau seperti itu maka akan semakin aneh. ’’Marcel menatap wanita yang menjadi mainan baru adiknya itu, entah kenapa Marcel sangat perduli dengan wanita yang baru satu kali bertemu dengannya itupun dalam kejadian yang tak menyenangkan. mata Marcel yang berwarna coklat menatap mata wanita yang juga memiliki bola mata dengan warna yang sama hanya saja terlihat lebih gelap kini sedang terkejut menatapnya. hal itu mengundang senyum Marcel semakin lebar dan menarik tangan wanita itu masuk terlebih dahulu kedalam lift saat pintu itu terbuka.
Para karyawan lain terus saja masuk hingga tubuh Valery semakin terhimpit, dan hal itu kembali mengejutkannya saat pria yang tak ia ketahui namanya itu. melindunginya dengan tubuhnya yang ada di hadapan Valery . hal itu membuat detak jantung Valery berdetak dua kali cepat dari biasanya jujur saja siapa yang tak merasakan hal yang sama saat pria tampan itu kini berada dengan jarak yang begitu dekat dengannya. bahkan Valery bisa merasakan nafas pria itu menerpa permukaan wajahnya.
‘’ tuhan tolong selamatkan aku. ’’ Valery seketika tersadar bahwa Arthur akan marah kepadanya jika tau Valery kini bersama pria yang membuatnya marah besar kepada Valery semalam.
Pintu lift terbuka dan Valery segera mendorong tubuh pria itu dari hadapannya, meskipun ia tau apa yang dirinya lakukan sangatlah kasar karena seharusnya Valery mengucapkan tanda terima kasihnya. tapi ia lebih takut akan kemarahan Arthur karena lebih baik dirinya segera menghindar, Valery segera berlari menekan lift di lantai 4 karena ia masih harus melewati beberapa lantai lagi untuk sampai di ruanganya yang sama dengan ruangan Arthur.
‘’ hei tunggu. ’’Marcel berusaha mengejar langkah kaki wanita itu yang kini berlari memasuki lift tapi semuanya terlambat wanita itu telah menghilang bersama lift yang tertutup.
Tanpa sengaja Marcel juga menyentuh dadanya tepat dimana jantungnya berada ia tak tau apa yang terjadi tapi baru saja yang terjadi terasa sangat mendebarkan bagi Marcel. ’’Astaga apa yang kau pikirkan Marcel. ’’Marcel berbicara sendiri karena, hati dan pikirannya kini sedang tak sejalan sehingga Marcel sering kali merasa dirinya hampir saja gila.
***
Valery menarik nafasnya dan menghembusnya beberapa kali bahkan tangannya, kini menepuk pipinya beberapa kali ia harus sadar. dan kembali menjadi dirinya tangannya membuka pintu ruangan Arthur dengan perlahan, Valery yakin pria itu belum hadir di kantor sehingga ia bisa lebih tenang. tapi bagaikan sebuah harapan yang hancur begitu saja. Karena, wajah Arthur telah menyambut kedatanganya lebih dulu. entah sejak kapan Arthur datang ke kantor karena saat ini Arthur telah rapi dengan setelan kemeja merah dan dan jas yang berwarna. menatap Valery dengan tajam.
Dan saat itu juga Valery kembali merasakan ketakutan hingga tanpa sengaja ia memundurkan langkah kakinya terlebih dahulu. saat melihat Arthur yang semakin mendekat ke arahnya, mata mereka saling bertemu dan yang Valery lihat dari mata Arthur adalah sebuah kemarahan.
‘’ Apa ia masih marah atas kejadian yang terjadi di rumah?. ’’Valery bertanya dalam hatinya karena saat mulutnya bagaikan terkunci.
‘’ Baby kenapa wajahmu menegang? Apa kau baru saja melakukan kesalahan?. ’’ Arthur yang saat ini berada di depannya. mengatakan hal yang akan terdengar romantis bagi orang lain tapi, tidak dengan Valery karena saat Arthur memanggilnya dengan panggilan seperti itu Valery semakin merasa ketakutan apa lagi ia merasakan usapan halus Arthur pada bahunya.
‘’ sepertinya benar, kesalahan apa yang baru saja kau lakukan hmm. . kau tak ingin mengakuinya padaku. ’’ tangan Arthur yang semulanya mengusap bahu Valery , kini berubah menjadi cengkraman yang membuat Valery harus merasakan kesakitan dalam satu waktu.
" Aku tidak melakukan apapun. . . " Valery tak berani menatap mata Arthur karena ia takut Arthur akan mengetahui jika dirinya sedang berbohong.
" Aku tak menyukai kau berbohong Baby, bukankah sudah aku katakan jika berbohong kau akan mendapatkan hukuman?. " Arthur menyentuh dagu Valery dan mengangkatnya membuat Valery mau tak mau harus kembali menatap Arthur.
" Aku minta maaf. " Valery tak tau lagi harus berkata seperti apa lagi. tangannya di tarik oleh Arthur hampir seperti sebuah seretan bagi Valery . dan Arthur melepaskan tangannya saat mereka berada di dalam kamar yang ada di ruangan kerja Arthur.
" Membungkuk!!. "Arthur membentak Valery membuat Valery melakukan apa yang Arthur inginkan dan ia hanya bisa pasrah sembari memejamkan matanya. Arthur melepaskan resleting rok Valery dan menjatuhkannya begitu saja.
Plak.
Tamparan keras Valery rasakan pada kedua bokongnya. bukan hanya sekali tapi berkali kali Arthur memukulnya, hingga Valery tak bisa lagi mengatakan betapa sakitnya yang ia alami saat ini. mungkin saja setelah ini Valery akan kesulitan untuk duduk karena rasa sakit itu, Valery kembali membenci dirinya yang tiba tiba saja menangis karena hukuman yang ia dapatkan dari Arthur.
" Sudah aku katakan jangan mendekat dengan Marcel!! Kenapa kau sulit sekali mendengar perintah tuanmu!!. plak. " Tamparan terakhir yang Arthur berikan pada b****g Valery yang telah memerah bahkan meninggalkan bercak bekas tamparannya.
Valery masih membungkuk meskipun ia tak lagi merasakan tamparan itu. air matanya terus saja mengalir menetes membasahi karpet yang ada di bawah kakinya, Valery tak berniat sedikitpun menghapus air matanya karena ia tak ingin Arthur mengetahui sisi lemahnya. ia tak butuh belas kasihan Arthur meskipun pria itu berlaku baik padanya suatu hari nanti.
Arthur yang saat ini duduk di sisi ranjang. hanya terdiam melihat Valery yang masih tak bergerak pada posisinya ia tau Valery menangis karena Arthur tak buta akan hal itu meskipun, Valery tak mengeluarkan sedikitpun isakan tangisnya ataupun rasa sakitnya.
Arthur menarik tangan Valery dan membawa Valery duduk di atas pangkuannya, Arthur mengusap lembut air mata Valery dan memberi kecupan lembut di antara dua kelopak mata Valery .
" Aku tak akan minta maaf atas kesalahanmu, tapi aku aku tak menyukai bonekaku menangis. harus bagaimana agar bonekaku kembali bahagia hmm?. " Arthur mengusap pipi Valery yang hanya terdiam tak membuka suaranya ia benar benar hanya diam.
Karena yang saat ini Valery ingin katakan adalah Arthur sakit jiwa. pria didepannya bukanlah manusia tapi binatang buas bagi Valery .
" Bicaralah. kenapa kau hanya diam aku tak melakukan apapun pada pita suaramu, rayu aku maka aku akan memaafkan atas kesalahan yang kau lakukan pagi ini. " Arthur menatap Valery dengan tatapan lembut. karena sejujurnya ia menyukai semua hal pada Valery tanpa membencinya sedikitpun, hanya saja Arthur tak menyukai bonekanya berbohong.
" Psycho!!. " Valery membentak Arthur sebelum ia tersenyum dan tertawa seperti orang gila meskipun air matanya tetap saja mengalir dari pipinya.
Arthur sempat terdiam melihat Valery yang tertawa di depannya meskipun air mata wanita itu mengalir. " Kau menyuruhku merayu, baiklah aku akan melakukan itu. " Valery meletakan kedua tangannya di leher Arthur dan mendorong belakang kepala Arthur dan melumat bibir Arthur dengan kasar. beberapa kali Valery sengaja menggigitnya hingga ia merasakan saliva yang seperti karatan besi menyambutnya ia tau bibir Arthur terluka.
Valery tak ahli dalam urusan ciuman, karena ia hanya pernah berciuman sekali saat ia masih remaja dan hal itu telah berlalu cukup lama.
Valery membuka kemeja Arthur dan meraba perlahan tubuh Arthur, kali ini Valery bekerja tanpa mendengarkan hatinya yang berteriak bertapa murahan dirinya saat ini terlihat seperti jalang. Valery membenci umpatan jalang yang sering di katakan temanya kepada dirinya saat masih bersekolah.
Hanya karena mendengar Valery anak buangan hasil dari perselingkuhan ibunya. Sejak saat itu Valery sering mendapatkan panggilan jalang atau p*****r dari teman temanya.
Tapi kali ini ucapan temanya adalah sebuah kebenaran Valery bekerja menjadi jalang bagi Arthur sekarang. sangat buruk rasanya ingin mati saja, tapi Valery tak akan pernah lari atau mencoba kabur karena itu bukanlah salah satu sifat Valery ia tak ditakdirkan menjadi pengecut.
" Akhhh. " Valery mencekam halus rambut Arthur yang saat ini sibuk menjelajahi bongkahan daging kembar yang ada pada tubuhnya.
Arthur melirik Valery yang baru saja mengeluarkan desahannya. Hal itu semakin membuat Arthur bersemangat karena, bonekanya telah banyak belajar meskipun masih terlihat sedikit kaku.
" Mendesahlah aku lebih menyukai mulutmu mengeluarkan desahan, dari pada kau diam dengan air mata sampah itu. " Arthur mendorong tubuh Valery berbaring di atas rajang. dengan dirinya yang kini berada di atas tubuh Valery dengan kedua tangannya menopang tubuhnya agar tak menindih tubuh kecil Valery .
Betapa kagumnya Arthur atas kecantikan wajah Valery yang benar benar menyihirnya. sesaat Arthur mengingat pertemuan mereka bahkan mata Arthur tak pernah melepaskan wanita bergaun satin bergerak resah karena menatapnya. " Cantik benar-benar sangat cantik. " Arthur mengatakan sebuah ucapan tulus dan bukan sebuah pujian. sebelum ia melepaskan seluruh pakaian yang masih melekat pads tubuhnya dan Valery .
Ia kembali membawa Valery kedalam kenikmatan untuk yang kedua kalinya. kali ini tak canggung semalam karena Arthur tiba-tiba saja ingin melakukan hal itu dengan lembut. dirinya ingin menikmati setiap inci tubuh Valery dengan lembut tanpa kekerasan sedikitpun mereka bercinta seperti mereka berdua dua insan yang saling mencintai.
" Ahhh Valery . " Arthur mencapai titik puncak klimaksnya dan membuangnya di dalam tubuh Valery meskipun ia tau dirinya tak mengunakan pengaman apapun.
Arthur menjatuhkan kepalanya di atas tubuh Valery dan memejamkan matanya sesaat setelah mereka melewati semua hal panas dalam sekejap. tangan Valery mengusap rambut Arthur dengan halus tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Valery kecuali ia di perintahkan atau dirinya dipaksa berbicara.
" Tenanglah Valery semuanya akan berakhir dengan cepat, kau akan terbiasa seiring berjalanya waktu. jangan menangis Valery kau sudah cukup lemah. " Batin Valery terus menyelamatkan dirinya sendiri matanya hanya menatap lampu kristal yang ada di atas kepalanya, sebuah kemewahan serta rasa sakit yang harus di tanggung bersamaan.
" Cepatlah berakhir tuhan aku hampir menyerah. "
Valery melepaskan usapan saat melihat tubuh Arthur bangkit, pria itu masuk kedalam kamar mandi sebelum keluar dengan setelan kemeja dan jas baru. Valery hanya melihat tubuh Arthur yang bergerak menuju meja nakas di depannya sebelum akhirnya, menerima botol obat yang di lempar di dekat tubuhnya.
" Minumlah aku tak ingin kau hamil. istirahatlah beberapa menit dan kembali berkerja kita ada rapat hari ini" Arthur hanya mengatakan hal itu tanpa melihat kearah Valery sedikitpun, pria itu pergi dan menghilang di balik pintu kayu.
Valery membuka botol itu dan mengambil satu butir obat dan menelannya dengan segelas gelas. ia kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya yang polos. Menangis tanpa suara adalah jalan Valery saat ini.
hidupnya benar- benar hancur sekarang. dirinya tak lebih hina dari seorang jalang yang tak pernah sekalipun Valery bayangkan entah berapa banyak lagi rasa sakit yang akan ia terima hingga kontrak ini berakhir. Valery rasa jikapun Arthur membebaskannya mungkin dirinya tak lagi memiliki nyawa.