‘’ salah!! ganti yang baru. ’’ Valery hanya memejamkan matanya ia harus menyetok banyak kesabaranya untuk menghadapi bosnya yang rumayan tempramental. baru saja seminggu ia bekerja tapi Valery merasa sudah hampir berada di dalam neraka.
‘’ Arthur sialan!!. ’’ Hanya sebuah umpatan itulah yang bisa mengambarkan betapa frustasinya Valery saat ini, meskipun hal hanya bisa ia lakukan di dalam hatinya.
Meskipun dalam keadaan maraha sekalipun valety tak pernah melalaikan tugasnya, ia selallu menyerahkanya dalam tepat waktu hanya saja semuanya tetap saja terlihat kurang di mata Arthur. Valery hanya meirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya, jam sudah menujukan hampir jam makan siang. tapi, Valery hanya mampu menghelakan nafasnya semuanya akan terlewat seperti bisanya tak ada jam makan selama pekerjaan Valery belum selesai.
satu hal yang banyak Valery pahami sedikit demi sedikit sifat Arthur adalah perfeksionis, batu, misterius bagi Valery.
Valery masih sibuk berkutat dengan layar monitor yang menampilkan banyak jadwal Arthur yang merupakan seorang CEO dan hal itu adalah hal yang masih belum terbiasa bagi Valery. karena sebelumnya ia tak punya pengalaman menjadi sekertaris dan cukup mengejutkan baginya saat mendapatkan posisi ini. bukankah aneh? Kenapa Arthur harus mrnjadikanya sekertaris sedankan ia tak punya pengalaman selama sekali dalam bidang ini.
Dan hal aneh kedua kenapa harus mencari sekertaris jauh jauh dari kota boston sedangkan di kota paris ini banyak yang lebih kompeten di bandingkan dirinya.
Sedangkan disisi Arthur hanya melihat ke arah meja yang tak jauh darinya, sedari tadi ia sengaja mencari cari kesalahan Valery. Arthur hanya menyukai ekspresi bonekanya yang telihat lebih lucu saat sedang marah.
’’ Valery pesankan aku makanan. ’’ Arthur menekan telepon yang ada di atas mejanya hanya untuk menghubungi telepon yang ada di meja kerja Valery, konyol bukan ia telah mengetahui itu Arthur sengaja melakukanya. padahal jarak mereka cukup dekat.
‘’ baik tuan. ’’ Arthur tersenyum mendengar nada lembut Valery meskipun Arthur dapat melihat ekspersi wajah Valery yang masih kesal padanya.
Valery berdiri merapikan mejanya ia segera terburu buru keluar untuk memesankan makanan untuk Arthur, Valery tak tau apakah pekerjaan ini termaksu dalam pekerjaan sekertaris juga tapi lagi-lagi Valery hamya menjalankan perintah.
Valery segera berlari menuju lift dan menekan tombol lantai satu setelah lift tertutup, ia terus melirik jam di pergelangan tanganya nafasnya terus memburu dan gugup saat angka tombol lift terus berubah perlahan lahan pintu lift terbuka. ia segera berlari keluar dar perusahaan dan menghentikan taxi memesan makanan di salah satu restoran yang tak jauh dari perusahaan.
" Dasar sifat orang kaya. " Valery hanya bergumam kecil ia turun dan membayar taksi, masuk dengan santai menuju restoran yang awalnya sempat terasa asing bagi Valery, mengingat pengunjung disana ada orang kelas atas. Sedangkan dirinya hanya harus terlihat PD demi untuk mesankan makanan untuk Bosnya.
Perut Valery juga bergemuru ia juga merasa lapar karena kebiasanya yang suka melewatkan sarapan paginya. ia segera membayar makanan setelah di kemas rapi dalam paper bag yang terbuat dari kertas.
Ia harus kembali terburu buru mencari taksi dan menghentikanya, sudah 30 menit berlalu Valery harus kembali sepecat mungkin untuk menghindari amukan Arthur.
Tapi nasip sial mendatangi Valery saat ia baru saja ia berlari menuju lift tubuhnya di tabrak oleh seseorang hingga makanan yang ia beli dengan bersusah payah itu jatuh begitu saja, berhamburan di lantai.
" Aku minta maaf. " Valery mendengar suara berat dan maskulin itu dengan lembut meminta maaf padanya.
Tapi bukan itu yang Valery butuhkan sekarang matanya terus melihat kearah makanana yang jatuh tanpa rupa lagi dilantai.
" Tamatlah riwayatmu Valery. " Valery bergumam di dalam hatinya ia hanya memenjamkan matanya.
Tangan pria yang masih belum ia lihat bagaimana rupanya itu berusaha menyentuh Valery, bermaksud untuk membantu Valery berdiri. tapi Valery hanya berdiam posisinya saat ini bisa dikatakan sangat memalukan bisa dipastikan saat ia mengangkat kepalanya para rekan kerja lainya pasti akan menatapnya.
Apa lagi di jam seperti ini mereka telah kembali dari makan siang mereka.
" Nona apa kau mendengarkan aku?, tak perlu merasa malu aku akan menyelesaikan semuanya. " Tangan itu kembali terulur di depan Valery sebelum Valery meraih uluran tangan itu ia sempat sekilas melihat wajah pria di depanya yang terlihat merasa bersalah meskipun setelan mahal yang gunakan juga terlihat kotor.
Saat tangan Valery ingin meraih uluran tangan itu, tangan telah di tarik paksa oleh orang lain. Valery terkejut saat melihat Arthurlah pelakunya pria itu kini berdiri di sisinya, dengan wajah yang dingin bahkan rahangnya terlihat mengeras seperti menahan amarah. karena terlihat jelas tatapan kebencian Arthur pada pria yang ada di depanya ini.
" Biar aku yang mengurus dirinya, karena dia adalah karyawanku!!kau tak berhak atas dirinya. " Arthur menatap benci pada saudara tirinya yang membuatnya ia harus menahan amarah setiap kali mereka bertemu.
" Tenanglah Mr. Arthur yang terhormat, kau tak perlu meninggikan suaramu kepadaku. tenanglah aku tak akan menggambil mainanmu lagi kali ini. " Marcel tersenyum tipis dan berlalu begitu saja dari hadapan Arthur menuju pintu keluar dari perusahaan.
Valery masih bingung dengan apa yang terjadi. ia tak tau ada dimensi apa antara Arthur dengan pria yang menabraknya barusan hanya saja tangan Arthur kini mencekram kuat pergelangan tangan velery.
" Tuan Arthur. " Valery ingin melepaskan tanganya dari cekraman Arthur tapi pria itu malah menarik tanganya menuju lift ekslusive hanya untuk CEO itu.
Arthur menarik tanganya paksa lagi masuk kedalam lift dan lift tertutup detik itu juga. " Maaf. " Valery hanya bisa mengucapkan kata maaf, tanganya masih terus mamaksa lepas dari cekraman Arthur yang ada disisinya.
Tapi yang di lakukan Arthur malah mendorong tubuh Valery pada dinding lift, tanpa aba aba Arthur meraih bibir Valery dan melumatnya detik itu juga.
Valery yang tersadar terus memukul tubuh Arthur untuk melepaskan bibirnya. Tapi semuanya mustahil saat kedua tangan Valery kini hanya berdiam di atas kepalanya dengan tangan Arthur yang mencekramnya.
Valery hanya terdiam dan membiarkan Arthur yang terus melumat bibirnya dengan kasar, apa ia harus menangis? Tentu saja tidak!! Valery bukan wanita lemah meskipun Arthur telah mencuri ciuman pertamanya Valery akan bersikap bisa saja.
Arthur melepaskan ciumanya sesaat pintu lift itu terbuka. Valery yang masih setengah sadar hanya menggikuti langkah kaki Arthur yang menarik tanganya dengan kasar. Hingga mereka sampai diruangan kerja Arthur, pria itu langsung menghempaskan tangan Valery bergitu saja.
Sensasi sakit sudah terasa sejak tadi pada tangan Valery, ia yakin tanganya telah memerah dan akan berubah membiru keesokan harinya. " Aku tak suka kau bertemu denganya!!. " Arthur terus memajukan langkah kakinya sedangkan Valery terus memudurkan langkah kakinya.
Ia masih tak mengerti siapa yang dimaksud oleh Arthur, tapi Valery dapat melihat kilat amarah itu jelas di netra biru milik Arthur yang saat ini menatapnya.
" Aku. . Tak mengerti maksudmu tuan. " Valery semakin merasa ketakutan saat tubuhnya harus terhenti karena pembatas tembok tepat di belakangnya.
Valery memejamkan matanya saat Arthur memukul tembok di samping sisi kepalanya. " Marcel!! Jangan pernah lagi bertemu denganya, kau milikku Valery hanya aku tuanmu!! Apa kau paham. " Arthur terus membentak Valery membuat Valery tak tau lagi harus melakukan apa, selain menganggukan kepalanya.
" Aku menyuruhmu menjawabku!. " Arthur meraih dagu Valery dengan tanganya yang telah terluka, ia mencekram dagu itu agar Valery mau menatap matanya saat ini.
" Kau harus menjadi bonekaku terhitung dari hari ini Valery. aku tak menerima penolakan darimu! Suka tak suka!! Kau harus melayani aku sebagai pemilikmu. " Mata Valery hanya membelak ia tak tau apa yang di maksud oleh Arthur.
Belun sempat ia menjawab Arthur kembali mencium paksa bibirnya, menghisap dan mendecap bibirnya dengan kelembutan kali ini ciuman itu berbeda dari yang ia terima berapa menit yang lalu saat di lift.
Sesaat Valery terbuai akan ciumaan Arthur berikan padanya, ia ingin membalasnya tapi Valery merasa ragu akan hal itu. " Apa maksudmu Arthur, kenapa setiap kali kau menyentuh tubuhku aku tak bisa melawanya. " Valery terus berbicara dalam hatinya ia membenci otak dan hatinya yang dengan polosnya menerima perlakuan Arthur.
Tangan Arthur menarik paksa kemeja putih Valery, menyobeknya hingga terbelah dua. tangan Arthur kini telah menemukan tempat yang membuatnya penasaran sedari tadi. tanpa menundanya ia meremasnya meskipun masih di halang pelindung berwarna merah itu.
" Akhh. . " Dasahan Valery keluar di sela sela ciumanya saat tangan Arthur dengan lancang menyentuh gudukan daging kembar miliknya.
Arthur melepaskan ciumanya, entahlah ia baru saja tersadar bahwa apa yang dirinya lakukan saat ini terlampau jauh. ia tak akan menyentuh Valery lebih jauh sebelum wanita itu menanda tangani surat kontrak atas dirinya.
Valery seperti merasa kehilangan saat Arthur melepaskan ciumanya ia hanya terdiam dengan wajah yang menuduk.
Tangan Arthur melepaskan jasnya dan memasangkanya pada tubuh Valery menutupi separuh tubuh Valery yang hampir telanjang.
" Aku masih memiliki batasan dengan tak menyentuh tubuhmu saat ini juga, tapi kau harus ingat!! Kau milikku Valery tak ada yang boleh menyentuhmu selain aku. " Arthur mengecup dahi Valery dan merapikan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Valery.
" Pakai salah satu kemejaku yang ada diruang ganti, kemejamu sengaja aku sobekan karena tak pantas dipakai olehmu lagi terlalu transparant dan murahan, pergilah ganti sebelum aku berubah pikiran. . . " Valery hanya mengangguk dan menuruti ucapan Arthur ia hanya terus menuduk dan mencekaram jas mahal yang masih menutup tubuhnya.
Valery berjalan menuju satu pintu yang masih terdapat diruangan yang sama, sebuah kamar yang dirancang khusus untuk Arthur beristirahat. tak sempat untuk sekedar mengangumi betapa mewahnya kamar istirahat Arthur itu, Valery hanya berjalan menuju lemari kaca yang berada disudut ruangan mengambil satu kemeja milik Arthur, yang akan terlihat besar saat di pakai oleh tubuhnya yang kecil.
" Kau bonekaku!!. " Kata kata Arthur terus tengiang ngiang dalam pikiran Valery.
" Apa aku harus lari saja saat ini. " Bibir Valery tercetus kata kata yang ada di dalam pikiran kecilnya, siapa yang mau jadi boneka bagi manusia sejenis Arthur. itulah yang terlintas di benak Valery.
tapi, yang terjadi adalah hal yang tak sesuai dengan apa yang ada di pikiranya saat ini. dirinya malah tersihir dalam pesona seorang Arthur membayangkan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Arthur. bagaimana tangan Arthur yang mengusap lembut permukaan kulit Valery dan bagaimana ciumaan lembut dan mamabukan itu membelai bibir valery