Hendriko menghabiskan sarapan lantas pamitan keluar. Di rumah hanya membuat pikirannya jenuh dan makin ruwet. Dia menaiki motornya keliling kota. Melihat keramaian di alun-alun, karena tiap hari Minggu ada car free day. Pasti sang papa juga ada di antara sekelompok lelaki berusia setengah baya yang sering senam dan jogging di sana. Motor keluar dari keramaian, melaju terus ke arah barat, hingga sampailah di depan rumah bergaya kolonial milik Andrean. Hendriko melajukan motor perlahan sambil memperhatikan rumah itu. Di mana dulu sewaktu masih kecil ia sering di ajak papanya ke sana untuk bertemu sang kakak. Terakhir kali ia datang, ketika neneknya Andrean meninggal. Setelah itu tidak pernah lagi. Ia ingat Andrean begitu kehilangan neneknya. Lelaki yang selalu tegar itu seketika limbung sa