Mr. Andrew marah besar saat mendapati Milly dan Rosalie tidak ada di dalam rumah. Ia mengumpulkan semua orang yang bekerja di rumah ini. Mulai dari asisten rumah tangga, tukang kebun, hingga para pengawal yang ia pekerjakan untuk menjaga Milly dan Rosalie, semua ia kumpulkan di ruang utama. Satu persatu dari mereka diinterogasi oleh Mr. Andrew.
"Jika saya menemukan diantara kalian ada yang membantu mereka berdua keluar dari sini. Saya akan pastikan nasib buruk menimpa orang itu. Jadi ini kesempatan terakhir kalian untuk mengaku dan saya akan memberi pengecualian." Mr. Andrew memberi peringatan terakhirnya.
"Saya akan memeriksa kamera pengawas di setiap sudut rumah. Dan kalian tahu apa yang terjadi setelahnya jika saya menemukan orang yang membantu Istri dan anak saya pergi."
Mr. Andrew memerintahkan tangan kanannya untuk memeriksa kamera pengawas yang ditempatkan di setiap sudut rumah. Dengan cepat orang kepercayaannya itu memeriksa dan tidak menemukan hasil apapun. Tidak ada hal mencurigakan yang terjadi sepanjang malam tadi.
Rosalie dan Milly pergi tanpa meninggalkan jejak apa pun. Semuanya bersih tersapu seperti sudah direncanakan. Tapi hal itu tidak akan terjadi jika tidak ada orang dalam yang membantu mereka.
Mr. Andrew mengepalkan tangannya kuat. Bagaimana bisa seseorang mengkhianati dirinya? Membantu Rosalie dan Milly pergi sama saja dengan mengkhianati dirinya.
Sedangkan jauh di sana, Keenan merasa sangat gelisah. Sejak mengantar Milly pulang dari puncak, ia sama sekali tidak dapat menghubungi gadis itu. Bahkan Keenan sampai menghubungi Karin, barangkali Karin tahu apa yang sedang terjadi pada Milly. Hingga menjelang siang, Keenan masih tidak dapat menghubungi Milly dan hal itu membuat dirinya sangat frustasi.
Keenan sangat kebingungan, ke mana ia harus mencari Milly. Karin juga memberitahu jika Milly tidak datang ke kampus hari ini. Keenan juga sudah menghampiri kediaman Milly, namun rumahnya seperti taman kuburan. Sunyi senyap. Bahkan satpam yang biasanya menjaga pos di depan pagar rumahnya pun tidak ada.
"Arghh!" Keenan mendesah kasar. Semakin Keenan memikirkan Milly semakin ia menjadi gelisah. Ia takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu.
Di balik kemudi mobilnya, Keenan menghubungi Pak Gunadi untuk memerintahkannya mencari tahu keberadaan Milly. Ia harus menemukan Milly bagaimanapun caranya. Bagi Keenan, kehilangan Milly bagaikan seperti kehilangan setengah hidupnya.
***
Baik Keenan ataupun Mr. Andrew, keduanya sama-sama mengerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan Milly yang menghilang seperti ditelan bumi. Gadis itu pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Mr. Andrew menyebar anak buahnya di setiap pelosok kota. Bagaimanapun caranya, ia harus segera menemukan Rosalie dan Milly. Berita besar ini ia pastikan tidak akan bocor ke awak media. Karena kalau sampai bocor, nyawa Istri dan anaknya akan menjadi taruhan.
Siapa yang tahu jika Mr. Andrew mempunyai musuh bebuyutan yang selalu mencari celah untuk menikamnya. Bahkan Rosalie pun tidak pernah mengetahui hal tersebut. Mr. Andrew menyimpan rapat-rapat hal itu dari keluarganya.
Namun hingga detik ini pencarian mereka tidak membuahkan hasil sama sekali. Rosalie dan Milly benar-benar seperti ditelan bumi. Tidak ada petunjuk apapun dari keduanya.
"Pokoknya kalian harus menemukan mereka berdua. Terus cari sampai kalian menemukan mereka dan pastikan dalam keadaan bernyawa!"
Mr. Andrew memijat pelipisnya dengan pelan, kepalanya terasa sangat berat. Kenapa setelah sekian lama tiba-tiba semuanya menjadi kacau? Rosalie dan Milly yang semula menurut saja dengan semua aturan yang ia berikan, berbalik menjadi tidak menurut dan meninggalkan dirinya.
***
Hari demi hari Keenan jalani dengan rasa gelisah yang berkecamuk di dalam d**a. Sampai sekarang dirinya masih belum mendapat petunjuk tentang keberadaan Milly. Dimana gadis itu berada? Sedang apa dia di sana? Semua berputar di kepala Keenan.
Keenan tidak pernah menyangka jika hal seperti ini akan menimpa dirinya. Dia tidak pernah menyangka jika pertemuan terakhirnya dengan Milly adalah hari itu, hari dimana mereka berdua pergi ke puncak.
Sejak menghilangnya Milly, sikap Keenan semakin tidak masuk akal. Ia menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga untuk bekerja. Ia juga lebih sering mengunjungi bar milik Axel dan pulang larut malam.
Karin dan Elina yang mengetahui hal tersebut menjadi sangat terpukul. Tidak ada kesedihan yang mendalam yang Elina rasakan sebelumnya, tapi begitu melihat Keenan yang seakan kehilangan arah membuatnya harus menerima kenyataan pahit. Baru saja dirinya menaruh harapan dengan kehadiran Milly di hidup Keenan. Dan hal itu hanya akan menjadi angan sekarang.
Pagi ini Elina mengunjungi kediaman Keenan dan mendapati putranya masih tertidur dengan badan beraroma alkohol.
Elina tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. Segera ia membangunkan Keenan dengan lembut dan menyuruhnya membersihkan diri.
Sementara Keenan membersihkan diri, Elina menyiapkan sarapan untuk Keenan di dapur. Ia tahu pasti jika putranya tersebut jarang makan akhir-akhir ini.
Selesai mandi, Keenan menghampiri Elina dan duduk di sampingnya. Dengan cekatan Elina menyajikan sarapan ke atas piring lalu memberikan pada Keenan.
"Kamu harus sehat untuk bisa mencari keberadaan Milly. Jadi jangan sampai melewatkan makan, oke?" Elina tersenyum. "Dan jangan forsir tenaga kamu untuk bekerja. Bekerja sewajarnya saja, Nak."
Keenan hanya bergeming. Ia tidak menjawab sepatah katapun ucapan Elina.
Elina beranjak meninggalkan Keenan yang tengah makan. Apartemen ini harus dikemas rapi seperti sedia kala. Elina memulai pekerjaan rumah tangga dengan merapikan tempat tidur Keenan lalu membersihkan setiap sudut Apartemen yang mulai kacau berantakan.
Sudah lama sekali dirinya tidak membersihkan kamar putranya. Karena selama ini setiap kali dirinya berkunjung, Apartemen Keenan selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Putranya telah menjadi seorang Pria yang mandiri. Semua Keenan kerjakan sendiri tanpa bergantung pada siapapun.
Di saat Elina tengah membersihkan ruang tengah, nampak Keenan tiba-tiba bergegas setelah melakukan panggilan telepon dengan seseorang.
Elina yang melihat itu lantas bertanya. "Ada apa, Keenan?" ujarnya.
"Keenan harus mencari Milly. Meskipun harus ke ujung dunia sekalipun," sahut Keenan. Sorot matanya kosong seperti orang linglung.
Elina sontak berlari menghampiri Keenan yang tengah bersiap pergi. Wanita itu mendekap erat putranya. "Sayang, kita cari Milly sama-sama, hm?"
Bulir bening menetes di kedua sudut mata Elina. Bibirnya bergetar menahan tangis.
Keenan yang terlanjur menyerahkan seluruh hatinya untuk Milly. Di saat ia harus kehilangan gadis itu, maka ia juga kehilangan hatinya.
"Bunda, rasanya sakit sekali di sini." Keenan memegang dadanya.
Elina mengangguk dengan mata berlinang. "Bunda tahu. Kamu yang sabar ya. Kamu harus kuat. Kita pasti menemukan Milly."
Elina kembali mendekap erat Keenan ke dalam pelukannya. Ia berharap semoga Tuhan membantu mereka menemukan Milly dan memberi kekuatan untuk putranya menghadapi kenyataan ini.