“Nanti atu tidul tendili kalena aku kan tewe, malu talo tidul tama towo-towo. Apa, aku tidul sama mama papa, ya?” ceriwis Chila, belum apa-apa sudah sibuk mengatur segala sesuatunya. Layaknya kedua saudara laki-lakinya, ia juga masih menggendong ransel boneka beruangnya. Memasuki rumah di kampung, Violita sekeluarga lakukan penuh antusias. Kedua mata mereka terus menatap takjub setiap apa yang mereka jumpai. Beberapa tetangga silih berganti keluar dari rumah. Sebagian dari mereka tak segan mendatangi rumah kemudian bersapa ria dengan Violita. Obrolan hangat bahkan pelukan, Violita lakukan dengan ibu-ibu tetangga. Semuanya dibuat pangling sekaligus kagum. Sementara adanya ketiga anaknya juga tak luput dari perhatian sekaligus pujian. Untungnya, meski tak memiliki waktu cukup untuk siap-s