11. Pahlawan buat Azkia

1183 Kata
Mulai hari ini mungkin akan jadi hari menyenangkan untuk Azkia. Bagaimana tidak menyenangkan kalau saat ini Nathan berada di pihak Azkia. Nathan melindungi Azkia saat Diva akan membully gadis itu. Mana berani tim bullying menghadapi Nathan? Mereka lebih memilih tidak menyenggol Azkia dariapada berurusan dengan ketua geng Beha Kawat. Nathan kalau kegilaannya kumat bisa hancur satu kelas. Para gadis-gadis berbisik di bangku belakang membicarakan Azkia. Bagi mereka, Azkia beruntung bisa dekat dengan Nathan yang kadar ketampanannya selalu bertambah saat ditatap. Saat ini Azkia tengah membaca komik, sedangkan Nathan memakan bekal Azkia dengan lahap. Nathan si perut karet, mau diberi makanan apapun akan ludes dia makan. Nathan duduk di samping Azkia dan mengusir Dave agar pergi dari bangkuanya. Tingkah Nathan yang menodong minggat Dave sangat membuat Dave marah. Namun karena dia menjaga image sebagai ketua kelas, dia lebih memilih pindah daripada menciptakan keributan. "Azkia, besok masakin ini lagi ya! Enak banget gue suka," ucap Nathan menutup bekal yang sudah habis. "Iya, besok aku mintain bibi buat masakin kamu," jawab Azkia kembali fokus pada komiknya. "Azkia, gue sekalian mau. Gue cuma cobain telur gulung sakndulit aja sama Nathan sudah direbut," ujar Tio yang ikut bersuara. "Gue juga mau, Azkia!" tambah teman-teman cowok yang lain. "Heh lo gak usah nyamber-nyamber kayak petir!" teriak Nathan memelototkan matanya pada teman-temannya. "Lo jadi anak pelit banget sih. Sudah pelit, kikir, gak goodboy, hidup lagi," maki Tio menatap sinis Nathan. "Yok terus hujat gue sampai mampus. Belum sadar aja kunci motor lo ada di gue," ucap Nathan tersenyum puas. Sontak ucapan Nathan membuat teman-teman sekelas menyoraki Tio. "Nathan dilawan," ucap Nathan dengan bangga. Nathan mengacak rambutnya dengan gaya songongnya. Yang pernah Nathan lihat dari drama-drama kesukaan adiknya, cowok yang mengacak rambut sangat keren. Namun saat Nathan praktikkan sendiri malah dia terlihat seperti anak belum mandi yang berantakan. "Sudah-sudah, besok aku bawakan buat kalian satu kelas," ucap Azkia. "Yeeyyyy!" teriak semuanya komapk. Bahkan satu kelas Azkia bertepuk tangan heboh, kecuali geng ubur-ubur milik Diva si tukang bully. Untuk kali pertamanya Azkia senang di sekolah. Melihat teman-temannya tertawa karena dirinya juga tidak memandangnya sinis seperti tadi pagi. Tidak apa-apa kalau Azkia harus membawa makanan banyak untuk teman-temannya asal mereka tidak membullynya lagi ataupun menatapnya sinis. Sudah dua tahun dia di sekolah tapi dia dikucilkan, jelas saja itu akan menjadi kenangan buruk di bangku sekolah. "Azkia, gak usah bawain mereka. Bawain gue aja!" rajuk Nathan menarik komik Azkia. Azkia terkesiap, dia tidak suka saat ada yang mengganggunya membaca. "Azkia, lo bawain gue aja ya! Gue tau lo dermawan, tapi gue gak rela kalau lo bawain nasi yang sama buat mereka. Terlebih pada anggota geng Beha yang laknatnya naudzubillah," ucap Nathan lagi. Azkia menarik komiknya kembali, "Iya khusus kamu besok aku tambahin lauknya," jawab Azkia. "Ah lo emang baik banget sama gue. Sebagai hadiah ntar gue peluk lagi, atau gue khilafin kayak semalam? Kan semalam tertunda," ucap Nathan. Suara Nathan yang memang keras mengundang teman-temannya untuk menatap. Mereka kompak memicingkan matanya menatap Nathan penuh curiga dan selidik. "Lo jangan khilafin anak orang, Bengek! Lo kencing aja masih dipegangin sok-sokkan mau aneh-aneh," ujar Tio memukul kepala Nathan dengan gulungan buku. "Woy gak usah nganiyaya juga kali! Namanya kencing juga semua orang pasti pegangin burungnya, kalau gak dipegang auto kocar-kacir!" ujar Nathan menendang kaki Tio dengan kencang. Brakkk! Semua murid terkesiap saat suara papan tulis digebrak kencang. Biang gosip segera ke bangku masing-masing saat tau guru matematika sudah datang. Guru killer yang tidak tanggung-tanggung kalau memarahi muridnya yang bandel. "Nathan, sejak kapan kamu duduk di samping Azkia?" tanya Pak Guru itu dengan kencang. Siapa yang tak kenal dengan Nathan yang bagai pentolan sekolah. Pak guru itu sangat hapal di mana Nathan harusnya duduk. "Iya ini otw pindah, Pak" jawab Nathan melompat dari bangku Azkia dan menuju bangkunya sendiri. Azkia tertawa melihat tingkah Nathan, tapi dia menahan tawanya saat pak guru matematika menatapnya menelisik. Azkia berdehem, gadis itu menyimpan komiknya di bawah meja. Sepanjang pelajaran Azkia tidak bisa fokus pada penjelasan yang diberikan pak guru, dia berkali-kali melirik Nathan yang sangat slegean dalam mendengar penjelasan. Kalau Nathan tidak serius pun sudah pasti cowok itu tetap bisa mengerjakan, lah sedangkan dia mau fokus saja tetap sulit masuk di otak. Namun kali ini Azkia enggan fokus, dia hanya ingin mengagumi Nathan meski hanya dari samping. Nathan menyobek kertas di halaman belakang bukunya. Tampak cowok itu mencoretkan bolpoin ke sana. Tiba-tiba Nathan melempar kertas yang sudah dia remas ke bangku Azkia. Namun sayang, kertas itu jatuh tepat di bangku Dave. Dave mengambil kertas kecil itu, ia melirik Nathan yang juga tengah menatapnya. Nathan mengisyaratkan pada dave untuk memberikan kertas itu pada Azkia. Dave menimang-nimang kertas itu. Sejak pagi tadi, Dave cukup risih dengan Nathan yang gencar mendekati Azkia. Dave yakin kalau Nathan ada maksud lain saat mendekati Azkia. Karena sejak dulu Nathan sangat tidak suka didekati cewek, dan kini tidak ada angin tidak ada hujan, Nathan dan Azkia menjadi dekat. "Dave, itu dari Nathan?" tanya Azkia menyentak lamunan Dave. Dave hanya mengangguk dengan samar. Tanpa aba-aba Azkia merebut kertas itu, Azkia membaca tulisan itu dengan senyum yang mengembang. "Fokus sama pelajaran, gak usah lihatin gue mulu! Gue tau kalau gue ganteng." Azkia mengantongi kertas itu ke saku seragamnya. Azkia menunduk malu, dia tidak menyangka kalau Nathan sangat peka saat dia menatapnya. "Azkia!" panggil pak guru yang membuat Azkia melunturkan senyumnya. Azkia segera mefokuskan pandangannya ke depan. "Saya lihat sejak tadi kamu tidak fokus. Sekarang kerjakan soal ini, kalau kamu tidak bisa menjawab silahkan kamu pergi dari kelas saya!" ucap Pak guru dengan tegas. Azkia takut, gadis itu belum mencerna penjelasan apa-apa. Lalu mana bisa dia mengerjakan soal yang rumit di papan tulis. "Eh eh eh ...." pekik Azkia kecil saat merasa tangannya ditarik seseorang. Dia melihat Dave tengah menuliskan sesuatu di tangannya dengan cepat. "Azkia, maju sini!" bentak pak guru lagi. Dave melepas tangan Azkia, cowok itu berdiri untuk memberi jalan Azkia maju. "Kerjakan sana. Salin jawabanku ke papan tulis!" bisik Dave. Azkia menganggukkan kepalanya dan segera ke depan. Azkia mengambil spidol, diam-diam gadis itu melirik jawaban yang ditulis oleh Dave. Rupanya tidak ada yang sadar dengan apa yang dilakukan Azkia, tapi beda dengan Nathan yang langsung tau saat Azkia beberapa kali kedapatan melirik telapak tangannya. Nathan menatap Dave, tiba-tiba Nathan sangat tidak menyukai Dave. Nathan menilai Dave terlalu sok baik dan sok menjadi pahlawan kesiangan. Suka caper dengan Azkia juga. "Cuiih, alay. Apa maksudnya bantuin Azkia coba," cibir Nathan. Dave melirik Nathan sekilas, "Gue sudah narik perhatian Azkia sejak kelas satu, kali ini gue gak akan lepasin Azkia buat lo," batin Dave dalam hati. Dave tidak rela kalau Azkia lebih dekat dengan Nathan, karena Dave lah yang sudah baik dengan Azkia sejak Azkia kelas satu. Azkia mendapat tepuk tangan dari penjuru kelasnya saat bisa menjawab soal di papan tulis dengan benar. Setelah dipersilahkan, Azkia kembali ke tempat duduknya dengan mengusung senyum cerah. "Dave makasih, ya. Nanti aku traktir minum," ucap Azkia pada Dave. "Okey, istirahat nanti kita bareng ke kantin!" jawab Dave tak kalah mengusung senyum. "Cih sok banget mereka bicara sambil senyum," komentar Nathan menatap berang Dave dan Azkia, saking berangnya Nathan sampai mencubit lengan Tio dengan kencang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN