Seminggu ini, Raka banyak menghabiskan waktu di perusahaan. Berangkat pagi dengan setelan rapi. Duduk dari jam sembilan sampai jam lima sore di balik meja kerjanya dengan dimentori asisten ayahnya, bahkan kadang ayahnya sendiri. Mempelajari bermacam data hingga mengikuti rapat-rapat penting perusahaan. Ayahnya benar-benar mentor yang disiplin. Tak dibiarkannya Raka berleha-leha barang sejenak. Dia bahkan nyaris tak sempat memikirkan nasib cintanya yang masih terkatung. Meski pernah mengenyam pendidikan di bidang bisnis, tapi terjun langsung di perusahaan sebesar milik ayahnya jelas ia harus belajar lebih keras dibandingkan dulu. “Pi, besok Raka ada kerjaan.” “Kerjaan apa?” “Promo produk.” “Berapa nilai kontraknya?” “Pi, ini bukan masalah berapa nilainya. Tapi Raka udah tanda tangan