Secangkir teh masih mengepulkan uap panas saat Citra duduk di meja makan sambil memegangi kepalanya. Entah jam berapa ia tertidur semalam, yang jelas sudah lewat tengah malam. “Diminum tehnya. Sarapan terus minum obat,” perintah ibunya dari dapur. “Udah tahu kalau tidur kemaleman sakit kepala, masih aja maksain diri. Kamu kangen diomeli Reksa sama Papa?” Citra hanya tersenyum tipis sambil menyeruput tehnya. Dia mengambil sepotong roti dan mengolesinya dengan coklat. Setelah sarapan, ia ke kotak obat dan mencari obat untuk sakit kepalanya. “Gak usah ke kampus dulu, Citra.” “Udah janjian sama dosen, gak enak kalau Citranya gak dateng.” “Sini Mama tensi dulu,” ibunya mengambil alat pengecek tekanan darah dan memasangkannya pada lengan Citra. “Yakin cuma pusing aja?” Citra mengangguk. Se