Raka menggandeng tangan Citra memasuki gedung apartemennya. Ia bukannya tak tahu mata-mata yang memandangnya penuh tanda tanya, tapi Raka tampaknya sudah tak peduli. “Duduk dulu, aku mandi bentar. Kalau mau minum ambil sendiri di kulkas ya,” Raka membawa Citra ke ruang duduk tanpa memberi kesempatan pada gadis itu untuk bertanya dan menghilang ke kamarnya Citra menghempaskan pantatnya ke sofa. Dengan sebuah ruang duduk, dapur dan meja makan serta dua buah kamar yang terlihat dari dua buah pintu yang salah satunya tadi dimasuki Raka, Citra tahu itu bukanlah apartemen yang murah. Lima belas menit kemudian, Raka keluar lagi dengan wajah yang lebih segar. Dia hanya mengenakan celana longgar selutut dan kaos oblong. “Mau minum?” tawarnya sambil berjalan menuju dapur dan membuka kulkas. D