"Kemenanganmu saat ini bukan berarti kemenanganmu di masa yang akan datang."
***
Beberapa hari ini Agni sakit. Sejak kepulangannya berbulan madu, Agni jatuh sakit. Di kediamannya saat ini hanya ada Agni dan asisten rumah tangganya. Andra beserta keluarganya sedang pergi ke luar kota yang katanya ada urusan dengan bisnis keluarganya. Tubuh Agni sangat lemas, makan saja rasanya tidak berselera. Asisten rumah tangga yang tahu situasi kehidupan Agni di kediaman ini hanya bisa mendoakan semoga Agni berbahagia setelah apa yang dia rasakan. Asisten rumah tangga di kediaman Andra sangat sedih ketika Agni jatuh sakit untuk pertama kalinya. Andra bahkan tidak peduli dengan kondisi sang istri dikarenakan dia ada tugas di luar kota dan hari selanjutnya keluarga Andra menyusul lelaki itu entah alasannya apa yang mereka dengar katanya ada masalah dengan bisnis di sana.
Agni yang mendengar perkataan itu jadi bingung. Apa mungkin Andra memiliki perusahaan tanpa dia ketahui? Tapi, mengapa Andra ingin sekali memiliki perusahaan miliknya? Apa karena Andra gengsi dengan posisinya sehingga mau merebut apa yang Agni miliki? Atau Andra dan keluarganya berencana merebut apa yang Agni punya sama seperti kediaman ini. Kediaman yang Agni beli dengan uang hasil kerja kerasnya, diambil alih oleh keluarga Andra. Rumah yang awalnya atas nama Agni, kini berubah menjadi nama Andra dengan cepat. Dan Agni yakin mereka semua sudah merencanakan semua ini sejak lama. Apalagi saat tahu Agni sangat baik dengan mereka sampai berani membiayai hidup mereka. Otomatis menyerahkan sebuah rumah juga sangat mudah bagi Agni dan benar.
Agni sudah tidak tahu lah posisi dirinya di sini seperti apa. Jika Agni bisa menyimpulkan dia hanyalah alat uang untuk mereka. Lambat laun setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan Agni pasti akan di usir dari tempat ini. Oke lah jika di usir, bagaimana jika Agni di bunuh?
“Non makan dulu ya, walau sedikit setidaknya ada yang masuk ke tubuh.”
“Terima kasih ya Bi.” Asisten rumah tangga yang melayani Agni tersenyum sedih. Dia berdoa semoga Agni kelak bahagia. Mereka sangat tahu kebaikan Agni selama ini. Hanya saja keluarga ini yang tidak tahu diri dan bersyukur atas apa yang selalu Agni berikan untuk mereka. Jika saja para asisten rumah tangga dan keamanan di sini bekerja sama mungkin mereka bisa membantu Agni pergi dari ini. Hanya saja waktu mereka salalu tidak tepat.
***
Ketiadaan Agni di kantor tentu saja membuat sahabatnya bertanya-tanya. Seorang Agni yang sangat rajin tidak mungkin hilang kabar selama beberapa hari. Karena tidak mau terjadi apa-apa. Gina selaku sahabatnya meminta izin ke atasan bahwasannya dia ingin mengunjungi kediaman Agni untuk melihat kondisi Agni dan mencari alasan kenapa sahabatnya tidak masuk bekerja saat ini.
Tin… Tin…
Di sinilah sekarang Gina berada, Rumah yang dibeli Agni beberapa tahun lalu. Sebagai saksi atas pembelian rumah ini, Gina jadi berpikir buruk. Takutnya Andra memanfaatkan Agni dalam segala hal. Termasuk kekayaan sahabatnya.
“Maaf, Non. Mau bertemu dengan siapa? Kalau Tuan Andra dan keluarganya sedang ke luar kota. Tinggal Non Agni saja yang di rumah. Cuma beliau sedang sakit,” kata satpam dikediaman Agni. Gina sangat tahu kenapa Andra di luar kota saat ini. Lelaki j*****m itu sedang menikmati bulan madu dan liburan keluarga bersama dengan Anjani. Perempuan yang sudah pulang bertugas dari luar negeri memutuskan ke Lombok untuk berlibur. Andra dan keluarga besarnya tentu saja menyusul perempuan j*****m itu. Sebab usut punya usut, Anjani tengah mengandung anak Andra dan sekarang mereka tengah melangsungkan pernikahan secara agama tidak secara sah di mata hukum. Ya bisa dikatakan mungkin Anjani istri siri.
“Non malah melamun! Mau bertemu siapa?” tanya satpam lagi.
“Saya mau bertemu dengan Agni, Pak.” mendengar jawaban Gina, lelaki tua itu langsung membuka pintu gerbangnya serta memberikan izin kepada Gina untuk masuk ke dalam rumah.
Saat memasuki kediaman Agni, Gina langsung disambut oleh asisten rumah tangga mereka dengan wajah paniknya.
“Non! Tolongin saya, majikan saya pingsan,” kata perempuan tua di depan Gina.
Karena Gina panik, Gina berteriak memanggil satpam dan beberapa asisten rumah tangga lainnya. Mereka baik ke lantai dua. Di sana, Gina melihat betapa pucat sahabatnya yang kini tergeletak di lantai. Tidak ingin hal burul terjadi, Gina memutuskan membawa Agni ke rumah sakit dengan bantuan para ART dan satpam dikediaman Agni. Beruntungnya Gina membawa mobil saat ini, kalau tidak mereka pasti akan lama lagi menunggu.
Selama diperjalanan Gina terus saja melihat ke arah belakang di mana Agni dan ART yang tadi berteriak duduk. Gina tidak menyangka cinta tulus Agni malah dibayar dengan pengkhianatan secara terang-terangan oleh Andra. Gina selaku sahabat harus melalukan sesuatu supaya Agni tidak menderita terlalu lama.
“Tolong! Ada pasien di sini.” Gina berteriak dan beruntung pihak rumah sakit sigap. Agni yang kini di UGD tengah diperiksa secara menyeluruh sedangkan Gina malah mengorek segala informasi yang bisa dia dapatkan dari asisten rumah tangga yang tadi ikut menemani Agni dengan wajah sangat khawatirnya.
“Gila mereka! Kalau ada apa-apa Bibi hubungi saya ya!” Gina mendengar semua penjelasan ART Agni. Yang mana dia berkata, bahwasannya Agni selalu mendapatkan perlakuan buruk. Baik setelah menikah sampai selesai bulan madu hingga Agni sibuk dengan pekerjaannya begitu juga Andra, Agni tetap selalu melakukan kesalahan di mata keluarga Andra. Gina juga tidak menyangka jika keluarga Andra mengancam akan membunuh Agni jika sampai dia membocorkan apa yang mereka lakukan.
“Baik, Non!”
Selama mereka menunggu, akhirnya dokter muncul dan menemui Gina.
“Bagaimana sahabat saya, Dok?” tanya Gina khawatir. Perempuan yang sudah kenal Agni sejak kecil tentu saja sakit melihat kondisi Agni saat ini. Agni tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh keluarganya tapi kenapa Andra bisa tega melakukan semua ini?! Pasti karena Anjani. Memamg sejak kemunjulan perempuan itu kehidupan Agni berubah dan Gina tahu itu. Walau Agni tidak memceritakannya, Gina akan selalu peka atas apa yang terjadi dengan kondisi sahabatnya.
“Teman anda wajib di rawat. Kehamilannya sangat berbahaya. Saya menyarankan untuk digugurkan saja. Cuma kalau dia mau mempertahankan bayinya yang kini jalan empat bulan itu artinya teman anda harus berada si bawah pantaun saya saat ini.” dokter yang menangani Agni ternyata orang yang Gina kenal. Jika seperti ini sudah tidak bisa Gina merahasiakan. Akhirnya Gina menceritakan apa yang dia dengar sebelumnya membuat dokter cantik itu memijat pangkal hidungnya. Tapi perempuan itu malah tersenyum sambil membisikkan sesuatu pada Gina.
ART yang ada di sana tidak menyangka jika nyonya mereka tengah mengandung anak yang selama ini ditunggu oleh majikan mereka. Tapi, entah kenapa ART tersebut tidak yakin dengan kehamilan ini akan mengubah semuanya. ART tersebut akan bekerja sama dengan yang lainnya manti jika hal buruk terjadi pada Agni.
Andra yang berada di luar kota bersama keluarganya dan Anjani tersenyum bahagia saat ART di rumahnya memberi tahu kalau Agni hamil anaknya dan sudah berusia empat bulan lebih. Tidak sia-sia usaha Andra melakukan semua itu. Andra pikir awalnya Agni mandul karena selama setengah tahun pernikahan mereka Agni tidak juga dikarunia anak. Tapi sekarang mendengar semua berita ini, membuat Andra sangat amat bahagia. Bagaimana tidak bahagia? Anjani hamil dan sekarang sudah sah menjadi istrinya di mata agama. Dan Agni juga hamil. Itu artinya, Andra bisa memanfaatkan kehamilan keduanya bukan? Andra akan melihat dari kedua perempuan ini mana yang sangat membantu dirinya di masa depan. Tentu saja yang paling tepat saat ini adalah Agni. Dengan alasan anaknya Andra bisa meminta perusahaan itu segera dan Andra akan menjauhkan Gina dari Agni dengan cara yang tidak terduga.
“Bunuh perempuan bernama Gina.”
***