“Kenapa harus dengan mama aku, padahal kamu tahu, mamaku masih punya suami bahkan keluarga, Kak?” Mata Audi menatap kedua mata Aksara penuh kecewa.
“Memangnya tidak ada wanita lain? Kenapa harus mama ak—kuuuuhhh!” Audi menangis meraung-raung. “Pantas papa lebih memilih bunuh diri karena kelakuan kalian saja tidak lebih baik dari binatang!”
“Andai kalian jujur dari awal, aku dengan senang hati akan menikahkan kalian. Agar kalian tidak terus menerus zina, dan papaku pun berhak mendapat wanita lebih baik ketimbang istrinya yang lebih menjijikan dari seorang p*****r!”
“Ma ... kenapa kelakuanmu sangat menjijikan? Apa kurangnya papa, Ma? Papa tampan, papa pekerja keras, papa sangat menyayangi kamu, bahkan papa juga sangat bertanggung jawab kepada kita!”
“Kenapa kamu memberi kami kenangan yang sangat buruk? Kenapa kamu tidak bisa mengontrol nafsumu?”
“Cukup Audi! Aku yang memaksa mama kamu menerima cintaku karena aku sangat mencintai mama kamu. Aku nyaman bersama mama kamu!” tegas Aksara.
Dengan cepat, Audi yang masih merekam kondisi Aksara maupun Sofia di sana, menghampiri pemuda tampan itu. Pemuda tampan yang statusnya masih kekasih Audi, tetapi telah berselingkuh dengan mama kandung Audi, sendiri. Pemuda tampan yang mendadak sulit Audi hubungi akhir-akhir ini, tetapi ternyata telah menanam benih di rahim mama kandung Audi sendiri. Usia janin itu sudah dua bulan. Bisa kalian bayangkan sejak kapan hubungan telarang itu terjadi.
“Plaaaakkk ... dug!” Setelah menampar pipi Aksara sangat keras, Audi juga mendang sekuat tenaga bagian tubuh Aksara yang telah membuat pemuda itu menanam benih di rahim milik mamanya.
Aksara kesakitan dan berakhir meringkuk di lantai. Namun, Audi tak sedikit pun peduli. Entahlah, setelah mengetahui perselingkuhan yang Aksara dan Sofia lakukan. Audi yang awalnya sangat mencintai Aksara, mendadak tak respect lagi kepadanya. Kepada pemuda dan usianya memang dua tahun lebih tua darinya itu, sempat ia gadang-gadang menjadi imam-nya.
Kini, tatapan Audi yang tak jelas karena air matanya, teralih kepada sang mama. Wanita yang usianya sudah di awal kepala empat puluh tahun itu tersedu-sedu. Sofia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah, kemudian bergegas pergi dari sana.
Sofia masuk ke salah satu kamar yang tak jauh dari sana, tanpa terlebih dulu menutupi tubuhnya yang ‘polos’. Pakaian yang harusnya Sofia pakai, tetap dibiarkan terserak di lantai bersama pakaian kekasih anaknya dan telah membuatnya hamil.
Hubungan terlarang antara Sofia yang statusnya merupakan istri orang, dengan berondong sangat tampan, dan tak lain kekasih dari putri semata wayangnya sendiri, memang telah menghadirkan janin tak berdosa yang tumbuh sehat, di dalam rahim Sofia. Namun karena usianya yang tak lagi muda. Karena Sofia bahkan lebih pantas memiliki cucu, wanita itu berniat melakukan aborsi. Tentunya, dengan begitu pula, Sofia tak perlu repot-repot mengurus bayi di usianya yang tak muda lagi. Selain itu, Sofia juga tentu saja bisa bersenang-senang dengan berondong idamannya sepuas mungkin.
“Mama benar-benar minta maaf Audi sayang,” batin Sofia di tengah air matanya.
“Turunkan hape kamu, Di. Matikan! Jangan merekam apa pun!” tegas Aksara masih bertahan meringkuk. Terlebih meski kepada Sofia, ia sudah terbiasa tak berbusana dan ia nyaman-nyaman saja. Tidak jika ia melakukannya di depan Audi. Ia merasa sangat malu jika harus melakukannya di depan gadis cantik dan statusnya masih kekasihnya itu.
“Kamu hancurkan rumah tangga orang tuaku. Bahkan papaku sampai meninggal karena perselingkuhan yang kamu lakukan dengan mamaku. Maka, hal yang sama juga akan aku lakukan ke rumah tangga orang tuamu, Ak! Luka dibayar luka. Bahkan nyawa, ... juga harus dibayar dengan nyawa!” tegas Audi tak mau memberi Aksara maupun Sofia, toleransi lagi.
***
Malam itu juga, Audi mendatangi polisi. Walau hati bahkan kehidupannya terasa sangat hancur, Audi bertekad balas dendam. Bahkan meski pelaku dalam kasus yang ia perkarakan merupakan orang-orang terdekat bahkan terkasihnya.
Audi meneruskan video sang mama dengan Aksara, sebagai bukti.
“Andai pun mereka dihukum, hukuman yang mereka terima, tetap enggak sebanding dengan kematian papa maupun traumaku.”
“Aku benar-benar sudah tidak punya alasan buat bertahan.”
“Hidupku hancur, tetapi aku enggak mau hancur sendiri!”
“Luka dibayar luka, bahkan nyawa dibayar nyawa!” batin Audi yang tengah menyaksikan penggerebekan terhadap kekasih dan mama kandungnya.
Untuk bisa membuat polisi langsung bertindak, sebenarnya Audi sampai ribut dulu. Polisi tetap dengan gaya santuy-nya, padahal Audi merasa dirinya sudah nyaris gila dibuatnya.
Ketika penggerebekan berlangsung, Aksara masih ada di apartemen Sofia. Kondisi tersebut makin membuat Audi merasa sangat terluka. Sebab kondisi tersebut menegaskan bahwa Aksara sungguh-sungguh kepada Sofia. Sebab kepada Audi, Aksara tak segila itu. Namun kepada Sofia mama Audi, Aksara bisa sangat ‘berani' bahkan ‘nekat'.
“Apakah ini masih ada kaitannya dengan latar belakang Aksara yang merupakan korban broken home? Hingga Aksara jadi merasa nyaman dan sangat menginginkan mama? Hah ... mama? Masihkah wanita sepertinya pantas disebut mama? Jijik ... dia terlalu menjijikan untuk mendapat sebutan mulia itu!” batin Audi yang lagi-lagi jadi berlinang air mata.
Audi memberanikan diri menemui mama dan kekasihnya. Keduanya diboyong disaksikan oleh satpam maupun pengurus apartemen.
“Kalian berpikir, hal semacam ini tidak akan terjadi? Hanya karena aku kekasihmu, dan kamu tahu aku sangat mencintaimu, Ak? Hanya karena aku putri semata wayang kamu, sementara selama ini, hubungan kita sangat baik, Ma?” lembut Audi saking jijiknya kepada pasangan beda usia di hadapannya. “Makan tuh cinta. Makan tuh nafsu! Aku pastikan, ... ini akan menjadi awal mula kesengsaraan kalian!” tegas Audi yang tetap tidak bisa menahan air mata maupun kesedihannya.
“Diselingkuhi saja rasanya sakit banget. Apalagi ternyata selingkuhannya justru mama kandungku sendiri. Sementara status mama kandungku bukan istri kekurangan apalagi janda!” Setelah mengatakan itu, Audi memilih pergi.
Audi terlalu jijik kepada Sofia yang hanya menangis memasang wajah penyesalan. Sofia bersikap seolah apa yang wanita itu lakukan bukan lah hal yang harus dibesar-besarkan.
“Sempat berpikir ini mimpi buruk, tetapi ternyata ini nyata. Sakit, jijik, ... semua ini aku rasakan karena mereka!” batin Audi bergegas mempercepat langkah sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Sofia dan Aksara ditangkap dengan pasal perzinahan. Keduanya juga dikaitkan dengan kematian Abraham.
Audi yakin, hukuman untuk keduanya, pasti hanya berlangsung sebentar. Hukuman tersebut bahkan tidak akan berdampak banyak, terlebih bisa membuat papa Audi hidup lagi. Namun dengan hukuman tersebut, dan juga video keduanya yang akan tersebar, sakit hati Audi akan sedikit terobati.
Pintarnya Audi, dirinya juga sampai mengundang wartawan untuk meliput. Audi juga tak menyebarkan video senonoh keduanya secara langsung karena bisa membuatnya terjerat pasal. Namun, ia memberikan video yang juga menjadi barang bukti, kepada wartawan juga. Agar pemberitaan terhadap Aksara dan Sofia, jauh lebih nendang.