“P—Papa ... kenapa papa enggak bilang?”
“Aku benar-benar minta maaf, Pa!”
“Aku mohon maafkan aku!”
“Andai aku enggak kenal apalagi pacaran sama Aksara.”
“Aku bahkan rela seumur hidupku enggak pernah merasakan cinta, meski pada kenyataannya, dia laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta!”
Di pusara sang papa yang masih basah. Bingkai foto Abraham papanya yang gagah juga masih bersandar kokoh pada nisan. Begitu juga dengan bunga yang ditaburkan, dan amat sangat wangi di indera penciuman. Di sana, sungguh di tengah kesunyian dini hari yang ditemani hujan cukup deras, Audi meraung-raung seorang diri sambil mendekap makam sang papa.
“Sesakit ini ya Allah ... andai aku tahu ini akan terjadi.” Jauh di lubuk hatinya, Audi tak hentinya menyalahkan dirinya sendiri.
Audi menyalahkan dirinya yang mengenal bahkan berpacaran dengan Aksara. Namun Audi sendiri tidak tahu, mamanya bisa tergoda kepada kekasihnya. Audi bahkan tetap sulit percaya, bahwa hubungan terlarang keduanya sampai menghadirkan janin. Hubungan terkutuk itu sudah membuat sang mama menggugat cerai sang papa. Fatalnya, sang papa yang ia ketahui sangat menyayangi mamanya justru memilih mengakhiri hidupnya sendiri.
Akan tetapi kemudian, hati kecil Audi mengomentari. Bahwa tak seharusnya Audi terus menerus menyalahkan dirinya. Karena pada kenyataannya, yang salah memang Aksara dan Sofia.
“Bisa-bisanya aku terus menyalahkan diriku, sementara mereka bahagia dan sudah terbiasa bersenang-senang hingga menggila! Janin itu sudah berusia dua bulan! Mereka merupakan iblis berwujud manusia-manusia yang aku sayang!” batin Audi.
***
Hal terakhir yang Audi ingat, dirinya tengah susah payah melangkah di jalan depan pemakaman. Namun tiba-tiba saja, mobil sport berukuran besar berwarna hitam dari pertigaan jalan yang melaju kencang, justru menabraknya.
“Iya, aku ingat itu!” batin Audi yang seketika meringis menahan pusing maupun rasa sakit lain yang menggerogoti tubuhnya. Walau tak bisa Audi pungkiri, rasa sakit baru dan ia dapat dari kecelakaan yang ia alami, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan luka tak berdarah karena pengkhianatan kekasih dan juga mama kandung Audi sendiri.
“Katakan kepadaku, bahwa kamu baik-baik saja.” Ucapan pria barusan membuat Audi terlonjak kaget.
Kesedihan termasuk luka yang Audi alami memang membuat gadis itu melamun. Audi yang sudah berhasil duduk sampai tidak sadar, ada orang lain di sana dan sudah sampai jongkok di sebelahnya. Cara pria dewasa itu menyikapinya, sarat perhatian. Dari tatapan pria itu menegaskan, bahwa pria yang mengingatkan Audi kepada Aksara, merupakan tipikal yang sangat tanggung jawab.
“Kenapa dia sangat mirip dengan Aksara? Ya Tuhan ... kenapa dunia ini benar-benar sempit! Jangan bilang, bahwa dia justru papanya Aksara,” batin Audi.
Di kamar mewah Audi berada, ada bingkai foto terbilang besar, berisi foto sepasang muda dan anak laki-laki. Jika pasangan muda itu berusia awal dua puluh, si anak laki-laki tampak berusia lima tahun. Sementara Audi mengenali bocah di foto tersebut sebagai Aksara pemuda yang sempat menjadi kekasihnya.
“Apa-apaan ini? Dia beneran papanya Aksara? J—Jadi, ... jadi, Tuhan sengaja bikin ini terjadi, untuk mempermudah balas dendamku?” batin Audi di tengah dendamnya yang langsung membara.
Pantas saja pria berkemeja putih dan sangat gagah itu, ibarat versi tua dari Aksara. Ternyata, pria itu memang papanya Aksara. Kebetulan sekali, pria yang belum Audi kenali namanya justru menabraknya. Hingga Audi juga punya kesempatan lebar untuk balas dendam.
Namanya Langit, pria berusia empat puluh dua tahun itu tengah membahas pemeriksaan lanjut untuk Audi. Meski Audi sudah diperiksa, dan sampai sekarang sampai diinfus. Langit merasa Audi harus mengalami pemeriksaan lanjut layaknya CT Scan dan rontgen.
Langit begitu mengkhawatirkan kondisi Audi. Kini saja, Langit yang tampak kacau dan merasa bersalah, dengan segera kembali menghadap kepada Audi. Langit berdalih akan bertanggung jawab mendampingi sekaligus menanggung biaya pengobatan Audi.
“Sepertinya, orang tua Aksara memang menikah ketika keduanya masih sangat muda. Keduanya bercerai ketika Aksara masih TK. Sementara sampai sekarang, papa Aksara belum menikah lagi. Padahal mama Aksara sudah menikah lagi dua kali. Namun terakhir Aksara bilang, papa mamanya mau rujuk. Sekitar dua minggu lalu, Aksara mengabarkannya. Saking bahagianya setelah mendengar kabar tersebut dari telepon, Aksara b******n tengik itu sampai meluk aku erat banget dan ... dia juga menciumi wajahku dengan brutal,” batin Audi.
Namun kemudian, hati kecil Audi yang memang sangat baik, lagi-lagi menasihati. Bahwa mungkin karena kondisi keluarganya yang berantakan, Aksara jadi merasa lebih nyaman jika bersama wanita yang usianya lebih tua. Karena dengan Audi yang selalu menyikapinya hangat, usia Aksara dua tahun lebih muda dari Audi. Sementara ketimbang dengan Audi, tampaknya Sofia yang jauh lebih tua bahkan penuh pengalaman, mampu membuat Aksara jauh lebih nyaman. Tentu saja, hubungan Aksara dan Sofia, amat sangat tidak dibenarkan.
Teringat apa yang Aksara dan Sofia lakukan, Audi jadi menangis meraung-raung. “Sakit sekali. Rasanya benar-benar sakit banget!” isak Audi sambil memukuli dadanya menggunakan tangan kanan yang tak diinfus.
“Saya benar-benar minta maaf. Ayo kita ke rumah sakit. Saya sudah mengatur jadwal pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi kamu!” sergah Langit ketar-ketir. Ia begitu khawatir. Tanpa tahu, bahwa yang membuat gadis cantik di hadapannya menangis kesakitan, justru luka lain. Bukan luka setelah ia tabrak dan itu ia lakukan tidak sengaja. Meski tanpa ia ketahui, luka yang Audi alami, tetap berkaitan dengannya. Sebab yang melukai Audi, justru Aksara.
Awalnya, Langit hanya kebingungan mengenai apa yang harus ia lakukan. Ia sempat meraih kedua tangan Audi, kemudian menggenggamnya hangat. Sebab dari tangis dan juga kesakitan Audi, tak terlihat dibuat-buat. Namun karena tangis Audi tak kunjung usai, ia pun memberikan pelukannya.
“Sakit banget!" isak Audi mulai sesenggukan.
“Saya benar-benar minta maaf. Saya janji, saya akan bertanggung jawab!” sergah Langit sembari mendekap punggung Audi erat.
Dipeluk Langit membuat Audi berpikir, papanya yang tengah melakukannya. Hingga dengan segera, ia juga bergegas membalas pelukan papa mantannya itu. Akan tetapi tak berselang lama dari itu, Audi juga buru-buru mengakhirinya.
“Maaf ... tadi aku pikir, ... tadi aku pikir ... papaku,” ucap Audi sungkan sambil menunduk dalam.
Langit mengangguk-angguk paham, kemudian menghela napas dalam. “Tidak apa-apa. Mengenai itu, ... papa kamu. Saya sudah mencoba menghubungi. Panggilan darurat di ponsel kamu tertuju kepada kontak Papa. Itu nomor papa kamu, kan? Sampai sekarang, ... sampai sekarang dia belum merespons.”
“Kalau begitu ... kalau begitu beri saya ... alamat yang bisa dituju, agar saya bisa menghubunginya,” lanjut Langit masih bertahan di hadapan Audi.
Apa yang Langit katakan membuat d**a Audi terasa sangat sakit. “Papa enggak mungkin merespons lagi. M–mustahil!” Audi yang sempat berhenti menangis, menjadi tersedu-sedu. Ia membiarkan air matanya membasahi pipi.
“Kalau boleh tahu, memangnya kenapa? Jika memang berkenan, ... jika memang berkenan.” Sekadar berucap saja, Langit jadi sangat kesulitan. Namun setelah ia berhasil, jawaban yang ia terima dari Audi, sukses membuatnya diam tak bisa berkata-kata.
“Papa ... pergi tanpa mengajakku. Luka yang papa tanggung begitu dalam. Perselingkuhan mama dan kekasihku, ... sepertinya itu yang membuat papa sangat terpukul, hingga papa memutuskan untuk meminum obat tidur dalam jumlah—” Audi tak mampu melanjutkan ucapannya. Selain itu, tubuhnya juga kembali terdiam tak berdaya, ketika seorang Langit yang diam-diam ia jadikan target balas dendamnya, kembali memeluknya.
Kali ini, Langit memeluk Audi jauh lebih erat dari sebelumnya.
“Seperti dipeluk papa. Pelukan ini sungguh mirip pelukan yang biasa papa lakukan. Namun, benarkah pria ini tidak tahu, bahwa aku dan Aksara pacaran? Bahwa putranya yang menjadi alasanku mendadak jadi yatim piatu?” pikir Audi.
Namun jika melihat kondisi Aksara yang tampaknya memiliki penyimpangan seksualitas. Bahwa Aksara justru sangat nyaman berhubungan dengan wanita yang jauh lebih tua. Dan tampaknya alasan itu terjadi karena Aksara kekurangan kasih sayang seorang mama. Jika merujuk dari kondisi tersebut, Audi yakin kekasihnya tak pernah memiliki hubungan maupun emosi dekat dengan kedua orang tuanya.
Audi yakin, Aksara tak pernah cerita apa pun ke orang tuanya. Kontras dengan Audi yang memiliki hubungan dekat dengan kedua orang tuanya. Audi akan menceritakan semuanya kepada papa mamanya. Termasuk juga perkara hubungan Audi dan Aksara.
“Sudah cerita sangat blak-blakan pun, ... mama masih doyan ke Aksara. Memang mamaku juga enggak bener. Sumpah demi apa pun aku jijik banget ke dia, meski dia mamaku. Enggak apa-apa deh, aku dianggap sebagai anak durhaka. Lagian, memangnya wanita pezina seperti mamaku, masih punya surga di telapak kaki-nya?”