"Ceraikan aku Dan! Aku minta cerai!" *** Daniel semakin mengeratkan pelukannya ke Mya. Bulir air mata mulai menetes di pipinya, walau hanya satu dari tiap sudut matanya. Dia bukanlah lelaki cengeng, yang mudah meneteskan air mata. “Sst…. jangan pernah punya pikiran seperti itu sayang.” Daniel mengusap lembut rambut Mya. Matanya nanar melihat kulit tangan Mya yang merah karena lecet-lecet, akibat terlalu keras digosok saat mandi. “Dan, aku kotor! Mereka… mereka menjamahku, Dan! Menyentuhku, menggerayangiku tanpa aku bisa menolak. Aku tidak pantas untukmu, Dan! Huuu huuu….” Mya memeluk erat Daniel, menumpahkan semua keluh kesahnya. “Sst…. sudah My, jangan diingat lagi, kamu ingat kan apa yang dikatakan oleh psikolog? Coba berdamai dengan masa lalu ya My. Lagipula tidak ada mereka