Eps. 12 Mengintip

1218 Kata

Leonard berdiri di ambang pintu cukup lama sebelum akhirnya melangkah masuk. Tatapannya tertuju pada Vivian yang masih tertidur dalam posisi duduk, kepala miring dan rambut tergerai menutupi sebagian wajahnya. Ia menghela napas pelan, lalu bersuara, “Vivian…” Tidak ada reaksi. “Vivian,” panggilnya lagi, sedikit lebih keras, namun wanita itu tetap terpejam. Hanya napasnya yang terdengar pelan dan tenang. Leonard mendekat, berdiri tepat di hadapannya, memandangi wajah yang kelelahan itu. Matanya sedikit membengkak, mungkin karena menangis semalam. Ia mengepalkan tangan di sisi tubuh. Seharusnya ia marah—karena pekerjaan belum selesai, karena rumah masih berantakan. Tapi, di saat yang sama, ia merasa ganjil. Ada rasa sesak yang tidak bisa dijelaskan. Vivian memang salah, tapi apakah dia pa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN