Leonard menoleh tajam ke arah Vivian, sorot matanya menusuk seperti hendak menembus lapisan paling dalam ketakutan wanita itu. Anak-anak diam, tak ada satu pun yang berani bergerak.
Keira menggenggam tangan Kelvin, sementara Elan bersembunyi di balik punggung Maya.
“Jelaskan,” suara Leonard dingin dan tegas.
Vivian menarik napas, berusaha menenangkan getaran di dadanya.
“Saya hanya tertidur sebentar... mereka mungkin khawatir...bukan maksud mereka mengintip atau membuat keributan…” ucapnya pelan.
Leonard masih menatap tanpa ekspresi, membuat jantung Vivian seakan mencelus. Ia tidak tahu apakah penjelasannya diterima… atau justru menambah kesalahan di mata pria itu.
Beberapa detik berlalu dalam ketegangan yang mencekam. Vivian menunduk, menanti amarah berikutnya, namun Leonard ma
