“Lepaskan! Lepaskan Luna!” Jeritan itu berasal dari seorang wanita yang ditarik paksa oleh dua prajurit. Ia menangis, merasa takut akan hal yang menimpanya. Luna mencoba untuk menghentikan langkah dua prajurit tersebut. Namun, tenaganya tidak mencukupi. Tangannya sudah lecet akibat diborgol, wajahnya pun sudah tak secantik biasanya. Penuh dengan kerutan penderitaan. Rambut yang sehari-harinya bagai petikan dawai rembulan itupun kini terlihat lepek dan mengenaskan. “Masuk!” Pintu penjara dibuka, deritnya membuat Luna ingin menutup telinganya yang sensitif itu. Dia dilempar ke dalam tanpa belas kasihan sedikitpun. Luna mengaduh sakit saat siku tangan dan lututnya berdarah akibat mencium tanah terlalu keras. Luna tidak mempedulikan hal itu saat ini. Ia merangkak, menghampiri jeruji besi da