Jarum jam menunjukan pukul sepuluh malam, Kinan dan Pandji masih menunggu Bunda Pandji siuman. Wanita yang telah melahirkan Pandji itu nampak taak berdaya dengan punggung tangan kiri diinfus dan selang oksigen menusuk dihidungnya, bahkan berkali-kali Pandji nampak menghela nafas, lelaki itu terlihat begitu kalut dan khawatir. “Bunda pasti baik-baik aja Ndji, kita sama-sama berdoa ya buat bunda.” Ujar Kinan menenangkan Pandji, dengan telaten, wanita yang tengah mengandung itu sesekali memijat ringan pundak dan kepala Pandji agar suaminya rileks. Ia benar-benar tak sanggup melihat Pandji sesedih ini. Waktu terus berlalu, hampir menuju tengah malam. Kinan sudah tak dapat menahan lagi kantuknya, Ia menyenderkan punggungnya ke sofa, sesekali ia mengelus perutnya yang sedikit keram. Mungkin i