Gembira menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Sultan begitu aktivitas panas mereka berakhir. Menyembunyikan perasaan malu, mengingat dirinya yang menginginkan permainan ini lebih dulu. Tubuh mereka masih menyatu dan Gembira belum berniat beranjak dari pangkuan lelaki itu. Ia masih ingin menikmati debaran d**a dan napas mereka yang sama-sama memburu yang entah mengapa memberikan kenyamanan tersendiri di hatinya. Menyadarkannya jika semua ini bukanlah mimpi. Pemuda yang dulu ia buntuti di pemakaman kedua orang tua mereka, kini menjadi suaminya. Suami yang selalu memperlakukannya bagai Ratu. Melimpahinya dengan banyak perhatian dan cinta. “Sayang.” Usapan lembut di punggungnya hanya dijawab Gembira dengan gumaman kecil. Ia masih nyaman dengan posisinya sekarang, mengabaikan di antara kedua