Tepat pukul tujuh pagi aku dan Adi telah bersiap menuju Bandung. Selesai sarapan bersama, Melati mengantar kami hingga ke teras. "Hati-hati ya," pesannya pada kami dengan senyum yang tak pernah luput ia tampilkan. Adi memeluknya erat. Seperti tak ingin berpisah dengan istri kesayangannya itu. Aku? Tentu saja aku merasa sedikit kesal. Melati mengurai pelukan mereka lebih dulu. Mungkin karena merasa tak enak dengan wajahku yang mulai cemberut. "Kamu juga hati-hati di rumah. Kabari aku segera kalau ada apa-apa," pesan Adi. Tangannya masih menggenggam jemari Melati. Melati mengangguk patuh. Kemudian pandangannya beralih padaku, "Nye, titip Adi ya." Aku sebal Melati mengatakan kalimat itu lagi. Seolah-olah aku ini babysitter-nya Adi. "Tergantung orangnya," jawabku. "Terakhir kamu bilan