Tersiksa. Cannon benar-benar tersiksa dengan hasratnya sendiri. Miliknya sudah memberontak di bawah sana, dan rasanya dia akan menjadi laki-laki yang sangat bodoh jika dia tidak bisa memanfaatkan kondisi intim ini untuk dirinya sendiri, dan iya, Cannon mulai menggila , tapi sebisa mungkin dia mencoba meredam rasa itu hanya karena dia ingat jika dia tadi berjanji pada Kayla untuk tidak melakukan sesuatu yang menyangkut kekhawatiran Kayla, tanpa persetujuan Kayla dan Cannon tegas mengatakan jika janji itu adalah janji seorang laki-laki dewasa dan bertanggung jawab.
Cannon tidak ingin Kayla langsung mengecap dirinya sebagai laki-laki b***t yang ucapannya tidak bisa dipegang, karena dia memang bukan orang seperti itu. Dia hanya laki-laki pecicilan tapi dia tetap bisa memegang sebuah janji dan komitmen, meskipun tangannya terus saja usil. Tapi bukankah hal itu wajar mengingat Cannon dan Kayla adalah pasangan yang sah. Sepertinya tidak apa-apa jika Cannon menyentuh tubuh istrinya seperti ini di malam pertama pernikahan mereka, yang penting Cannon tidak mengusik lelap tidur Kayla. Malam yang seharusnya dilewati dengan sesi bercinta yang penuh kenikmatan dan gairah, harus rela Cannon redam sesaat karena Kayla tadi jelas mengatakan belum siap. Belum siap dan itu artinya cepat atau lambat Kayla akan menerimanya dengan kata, 'oke aku siap!'
Ini benar-benar di luar ekspektasi Cannon. Sungguh dia sudah membayangkan malam pertama yang penuh-peluh keringat dan gairah yang begitu membara dengan tubuh tanpa busana dan rintihan penuh kenikmatan juga desahan penuh rasa ingin itu akan lepas dari bibir keduanya. Namun semua benar-benar di luar ekspektasi Cannon.
Cannon bahkan sudah mempersiapkan mental dan keberanian untuk memaksakan hasratnya pada wanita yang hari ini resmi dia nikahi, tapi nyatanya dia tetap tidak selancang itu untuk memaksakan rasa itu meskipun sebenarnya dia bisa.
Ibarat kata, Cannon sudah mempelajari teknik beserta teori-teori untuk membuat anak, tapi ketika dihadapkan dengan praktek langsung, mendadak Cannon butuh Mbah Google untuk mengajarinya cara merayu seorang wanita agar mau melepas pakaiannya di depannya, lalu menawarkan tubuhnya untuk ditenggelami dengan cara yang sangat lembut dan nikmat.
Ah, payah.
Sampai beranjak pagi , Cannon benar-benar merasa tersiksa luar biasa dengan perasaannya sendiri, entah semalam jam berapa Cannon bisa mendapatkan tidurnya karena saat matanya terbuka ternyata hari sudah pagi.
Kayla sudah bangun dari tadi, bahkan wanita itu sudah selesai mandi dan memakai pakaiannya. Masih menggunakan pakaian Cannon yang semalam karena hanya itu pakaian Cannon yang oversize di tubuhnya hingga menutup pahanya.
Kayla terlihat sangat fresh, bahkan wanita itu masih membungkus rambutnya dengan handuk khusus rambut, dan sekarang Kayla sedang berdiri di depan jendela kamarnya, dengan tirai yang sudah terbuka , hingga cahaya matahari ikut menerobos masuk menembus kaca bening di bingkai jendela itu.
Cannon langsung bangkit dari rebahnya kemudian berjalan ke arah berdirinya Kayla. Memeluk wanita itu dari arah belakang seraya menopang wajahnya di bahu Kayla, dan untuk sesaat Kayla sempat terkejut meski detik berikutnya dia berusaha menormalkan perasaannya hanya untuk membiasakan dirinya sedekat ini dengan laki-laki yang memang harus diakui sebagai suaminya.
"Can....!" Kayla berusaha melepas pegangan tangan Cannon di depan perutnya tapi Cannon justru semakin mempererat pelukannya seraya menghirup aroma bahu dan leher Kayla.
"Kenapa Mbak nggak membangunkan aku! Apa Mbak tidak berniat menawarkan ku untuk mandi bersama?!" ujar Cannon dengan suara berbisik dan detik berikutnya Kayla justru kesulitan menelan salivanya saat Cannon menyalahkan dirinya yang tidak menawarinya mandi bersama.
"Can. Lepaskan aku. Kau belum mandi, kau masih bau! Mandi dulu sana gih!" ujar Kayla berusaha meredam rasa syoknya atas sambutan selamat pagi yang Cannon lakukan saat ini dengan pelukan juga kecupan di punggungnya.
"Tapi aku mau mandi bersama istriku, Mbak. Mau melihat tubuh molek istriku!" balas Cannon jujur, dan Kayla buru-buru menjepit hidung mancung Cannon untuk membuat laki-laki itu melepaskan tautan kedua lengannya di depan perutnya karena tiba-tiba dia justru merasa sesak, sesak karena grogi juga perasaannya yang tidak menentu antara risih dan menikmati.
"Jangan macem-macem Cannon. Ingat , kemarin kau menjanjikan apa? Kau tidak akan menuntut macam-macam, juga tidak akan melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan. Dan kemarin kau juga tegas mengatakan jika itu adalah janji seorang laki-laki sejati!" sarkas Kayla dan baru setelah itu Cannon melepaskan tautan tangannya di perut Kayla , dan langsung duduk tidak b*******h di sisi jendela.
"Tapi Mbak...!" Cannon benar-benar merasa payah.
"Gak ada tapi-tapian. Lebih baik kamu buru-buru mandi, bukankah kau masih harus ke sekolah!" ujar Kayla lagi dan Cannon semakin menghela nafas.
"Tidak. Aku tidak akan ke sekolah hari ini. Aku akan menemani Mbak di rumah!" tolak Cannon , dan Kayla yang kini justru menghela nafas dalam diam saat menyadari sisi labil laki-laki di depannya.
Bisa-bisanya Cannon justru mengatakan ingin menemaninya seharian di rumah, apa dia tidak tahu jika jantung Kayla bisa saja mendadak konslet jika terlalu lama berdekatan dengan brondong m***m ini! Oh sungguh Kayla akan mendadak gila jika terus berada di dekat Cannon juga menghadapi sikap manis Cannon yang justru membuat Kayla geli. Sungguh Kayla benar-benar takut khilaf.
"Can....!" Kayla ingin menyanggahi, tapi Cannon justru bangkit dari duduknya lalu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi tengkurap dan sedetik berikutnya dia justru menutup kepala dan telinganya menggunakan bantal seraya menghentakkan kakinya hanya karena Kayla yang tidak ingin dipeluk olehnya.
"Mbak itu egois ya. Udah nggak mau dipeluk, sekarang nggak mau ditemani pula! Lalu aku harus bagaimana?!" rancau Cannon benar-benar seperti anak-anak.
"Can. Aku tidak pernah menolak pelukanmu. Aku hanya memintamu mandi agar kau harum, aku tidak bisa mencium aroma tidak sedap di tubuhmu jika kamu belum mandi!" ucap Kayla dan Cannon langsung menyingkirkan bantal yang sedari tadi menutup kepala dan telinganya kemudian bangkit dari rebahnya sembari duduk bersila di atas ranjang lalu mendongak untuk menatap keseriusan Kayla ketika berucap.
"Apa Mbak sungguh-sungguh? Apa setelah aku mandi Mbak tidak akan keberatan jika aku memeluk atau mencium Mbak?!" kutip Cannon dan Kayla terlihat melirik ke kiri dan ke kanan seolah ada orang yang sedang menyaksikan perdebatan konyol mereka dan tanpa sadar Kayla justru mengangguk , dan detik berikutnya Cannon justru melompat dari tempat tidur itu kemudian buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya agar lebih fresh seperti keinginan sang istri karena setelah itu dia akan mendapatkan pelukan dan ciuman.
Oh... membayangkan itu saja rasanya Cannon ingin memiliki jurus seribu bayangan Naruto untuk secepatnya menyelesaikan sesi mandi dia.
Kayla tentu saja terdiam saat Cannon bergerak dengan begitu cepat menuju kamar mandi, lalu senyum itu justru terbit di kedua sudut bibirnya saat menyadari sesuatu yang menurutnya sangat lucu untuk dibayangkan.
Iya, dia baru saja menjanjikan pelukan dan ciuman pada Cannon, dan bocah itu sudah langsung bersemangat 49, mengalahkan semangat Valentino Rossy. Oh luar biasa , bukan!
Setelah Cannon masuk ke kamar mandi, Kayla juga keluar dari kamar itu, guna mencari Galuh karena dia butuh bantuan wanita itu. Kayla tidak membawa ponsel, juga tidak membawa apa-apa, sementara dia tentu saja membutuhkan pakaiannya sendiri, dan meminta hal itu pada Cannon tentu saja hal yang sangat aneh bagi Kayla, maka dari itu lebih baik di bicara sama Galuh sebagai sesama wanita, dan iya Galuh langsung mengerti apa yang Kayla butuhkan, dan dengan cepat Galuh memesan barang-barang yang Kayla inginkan.
Hari ini Galuh tidak bisa ke kantor , karena hatinya masih belum sepenuhnya baik-baik saja, dan iya, untuk benar-benar menebus rasa tidak nyaman Kayla yang kemarin saat wanita itu datang sebagai anggota keluarganya, hari ini Galuh akan berada di rumah untuk antisipasi hal yang mungkin saja Kayla tidak bisa atasi. Salah satunya ya ini.
"Mama sudah memesan ukuran M untuk mu. Tunggu lah sebentar!" ujar Galuh setelah menyelesaikan panggilan telpon itu, dan Kayla hanya asal mengangguk. "Mama tidak tau pakai jenis dan model seperti apa yang biasa kau gunakan, tapi untuk saat ini, pakai saja pakaian yang Mama beli, nanti setelahnya, kau bisa pilih sendiri style yang kau inginkan!"
"Iya!" jawab Kayla.
"Simpan nomer ponsel mu, di ponsel Mama, agar Mama bisa lebih mudah menghubungi mu nanti!" Galuh meyerahkan ponsel miliknya pada Kayla dan Kayla kembali mengangguk seraya menerima ponsel itu dan mengetik beberapa nomor seraya menyimpannya dengan namanya sendiri, dan setelah itu Kayla kembali menyerahkan ponsel itu pada Galuh.
"Kayla gak bawa ponsel Ma. Kemarin habis dari pesta Kayla lupa barang-barang itu, tapi...."
"Oh, kalo gitu, pake dulu ponsel Mama. Kau pasti ingin...."
"Tidak perlu Mama. Nanti aku akan pulang dulu untuk mengambil barang-barang pribadi ku. Mama jangan khawatir!" tolak Kayla buru-buru, karena memang begitulah rencananya tadi.
"Ah. Apa kau juga akan pergi sama Cannon?" kutip Galuh , tapi Kayla belum menjawab , saat tiba-tiba sepasang lengan sudah langsung melingkar di depan perutnya, dan memaksa ciuman di bahu dan lehernya, dan iya, tentu saja pelakunya adalah Cannon. Oh Cannon benar-benar pandai mencuri kesempatan dalam kesempitan. Dia tau jika Kayla tidak akan berkutik jika di depan ibunya, jadi tanpa ba-bi-bu Cannon justru sudah langsung menyerang Kayla dengan aksi mesumnya.
"Kenapa Mbak keluar kamar dan tidak menungguku selesai mandi dulu?!" seru Cannon dan Kayla langsung melirik ke arah Galuh.
"Cannon , hentikan!" Kayla berusaha melepas pelukan Cannon di perutnya tapi alih-alih lepas, Cannon justru semakin mempererat pelukannya.
"Gak mau. Orang tadi Mbak bilang aku boleh...."
"Eheeem eheem...!" Galuh berdeham seraya membuang pandangannya ke arah lain agar Kayla tidak merasa malu saat Cannon memeluk dan menciumnya seperti itu, karena bagaimanapun Galuh mengerti apa yang saat ini Kayla dan Cannon rasakan sebagai pasangan pengantin baru karena Galuh sendiri pun pernah berada di posisi itu.
"Can...!" Kayla benar-benar merasa malu.
"Ayo balik ke kamar, atau aku akan mengangkat bajumu di sini!"
Sekalinya Cannon melepas pelukannya di tubuh Kayla, dia justru menyeret lengan Kayla untuk mengikuti langkahnya kembali ke kamar.
"Can. Hentikan. Kau benar-benar membuatku malu!" kesal Kayla tapi Cannon tentu saja tidak menghiraukannya.
"Malu sama siapa?" Cannon masih menarik lengan Kayla untuk segera masuk ke kamarnya.
"Malu sama Mama lah, siapa lagi!" jawab Kayla.
"Malu kenapa. Dia bukan orang lain, dia adalah Mamaku, santai saja!" balas Cannon saat mereka sudah benar-benar masuk ke dalam kamar mereka lagi.
"Justru karena itu. Karena dia Mama mu , Cannon!" balas Kayla lagi tapi Cannon justru menggeleng dengan sangat cepat.
"Abaikan dia, lebih baik sekarang fokus ke aku dulu. Tadi Mbak bilang aku boleh memeluk dan mencium Mbak jika sudah mandi, jadi ayo, sekarang aku mau menuntut hal itu!" ucap Cannon to the poin, dan Kayla langsung kesulitan untuk menelan salivanya sendiri.
"Can , jangan mulai. Bukankah kita ini teman, masa iya ada teman berciuman!" tolak Kayla dengan cara halus.
"Iya. Teman tapi mesra kan ada. Teman seranjang kan juga ada. Jadi anggap saja aku seperti itu!" balas Cannon sengit. "Jadi ayo. Berikan aku pelukan dulu. Berikan aku cium selamat pagi dulu. Aku butuh itu. Apa Mbak tau jika semalam aku gak bisa tidur karena perasaan ingin ku itu. Sepanjang malam aku tersiksa, apalagi Mbak justru memelukku dengan lengan dan paham Mbak, sementara aku harus memegang teguh ucapanku untuk tidak menyentuh Mbak dengan cara lebih. Itu benar-benar situasi yang sangat menyakitkan Mbak, benar-benar sangat menyiksa!" ucap Cannon dengan menekan setiap kalimatnya, tapi Kayla justru mentoyor jidatnya.
"Makanya kamu kalo jadi cowok itu , jangan cuma jaga mata, tapi otak, hati dan pikiran itu juga perlu di jaga. Siapa suruh di otakmu itu isinya sesuatu yang messum doang! Ya gini hasilnya!" balas Kayla tidak kalah sengit, tapi Cannon juga langsung menggeleng tidak terima dikatakan sebagai cowok messum.
"Aku tuh bukannya messum Mbak, tapi kan...."
"Husttt... Capek aku dengar kamu ngomong, Can. Mending kamu siap-siap gih, temani aku ke....!" belum selesai kalimat yang ingin Kayla ucapkan saat tiba-tiba Cannon justru menarik pinggangnya dengan sebelah lengannya, dan merapatkan tubuh Kayla untuk menempel di tubuh tingginya dan Kayla buru-buru meletakkan kedua telapak tangannya di depan d**a Cannon untuk membuat jarak di antara mereka. "Apa yang kau lakukan Cannon?!" Kayla terkejut.
"Jika Mbak bisa berkelit dengan ucapan Mbak tadi, aku juga bisa saja pura-pura lupa dengan janjiku kemarin untuk tidak menuntut kewajiban Mbak sebagai seorang istri! Bagaimana?!" balas Cannon dan Kayla langsung diam.
"Can. Lepas gak!" Kayla.
"Aku menginginkan ciuman seperti kemarin. Ciuman saat aku mengucap sumpah dan janji pernikahan kita!" Bisik Cannon tepat di depan bibir Kayla, dan tangan Cannon menahan tengkuk dan sisi wajah Kayla yang lebih rendah darinya.
"Can...!" Kayla tiba-tiba gugup.
"Berikan aku ciuman, maka setelah itu aku akan menemani Mbak kemanapun Mbak mau pergi!" ucap Cannon lagi yang sudah langsung merapatkan bibirnya di bibir Kayla , meskipun Cannon bisa merasakan jika Kayla terus mendorong tubuhnya untuk melepaskan pelukannya itu, tapi Cannon yang sedang berkabut gairah tentu saja memiliki tenang yang lebih kuat dari Kayla .
"Can... St....!" Kayla ingin menolak , tapi Cannon sudah lebih dulu meraih belah bibir itu dengan menahan tengkuk leher Kayla dan melumat lembut belah bibir Kayla dengan sedikit memaksa hingga aroma mint dari pasta gigi Cannon ikut menyeruak ke indera penciuman Kayla.
"Can...!" Suara Kayla hanya bergumul di tenggorokannya, karena Cannon justru semakin memaksa ciumannya.
Tidak mendapatkan balasan seperti yang dia inginkan, Cannon justru menggigit belah bibir Kayla seraya menarik naik tubuh Kayla dengan sebelah lengannya agar Kayla mau membalas ciumannya, karena terhitung sejak Cannon mengucap sumpah dan janji pernikahannya, Cannon memang sudah langsung jatuh cinta pada wanita ini, wanita yang dia nikahi dengan cara instan.
Kayla masih berusaha memberontak, tapi Cannon justru menghimpit tubuhnya di sisi dinding agar dia tidak bisa bergerak dan mulai membalas ciumannya.
"Lakukan dengan baik, atau aku akan menggila, Mbak!" desis Cannon saat menarik ciumannya sesaat dari bibir Kayla dan dengan sangat cepat Kayla menarik nafas saat rasa sesak itu memenuhi dadanya, tapi Kayla belum sepenuhnya siap saat Cannon kembali meraih belah bibirnya lagi.
Cannon semakin melumat kuat belah bibir Kayla , bahkan sampai menggigitnya karena Kayla masih saja menolak ciumannya, dan perlahan Kayla pun mulai membalas ciuman itu agar Cannon bisa secepatnya mengakhiri keinginan.
Iya, setelah berusaha menolak hasrat suami brondongnya, lagi-lagi Kayla tidak punya pilihan lain selain mengabulkan keinginan Cannon, atau bibirnya akan berakhir kacau.
Kayla berusaha menikmati apa yang sedang Cannon berikan padanya, meskipun sebenarnya dia benar-benar merasa tidak nyaman.
Oh, ini benar-benar di luar ekspektasi Kayla. Usia Cannon memang baru delapan belas tahun, tapi sungguh, bocah ini benar-benar sangat mahir dalam melakukan hal ini, bagaimana tidak, dia bisa menahan nafas hanya agar ciuman mereka tidak terjeda, akan tetapi Kayla yang kewalahan mengimbanginya.