94

1211 Kata

Begitu lagu terakhir berakhir dan tepuk tangan kecil dari para tamu di sekitar terdengar, Bagas masih belum melepas pelukannya. Kinan menatap wajah suaminya yang diterangi cahaya lilin. Ada sesuatu di sana, bukan sekadar cinta, tapi juga ketenangan, seperti seseorang yang sedang menikmati puncak dari semua doa yang pernah ia panjatkan. Bagas menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh telinga Kinan. "Kamu tahu gak," bisiknya pelan, "Aku udah bayangin momen kayak gini sejak sebelum kita menikah." Kinan mendongak, matanya berkilat. "Serius, Mas?" "Serius." Bagas tersenyum, jemarinya mengusap pipi istrinya lembut. "Aku pengin lihat kamu tertawa di Paris. Aku pengin kita nari di bawah Menara Eiffel. Aku pengin kamu bahagia, sampai lupa gimana rasanya sedih." Kinan terdiam. Kata-kata itu se

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN