Kinan memejamkan mata, membiarkan dirinya tenggelam dalam setiap sentuhan lembut Bagas. Ia bisa merasakan detak jantung suaminya yang berpadu dengan miliknya, menciptakan irama yang pelan tapi pasti, seperti musik yang hanya mereka berdua yang tahu nadanya. Bagas menarik wajah Kinan perlahan, menatap matanya yang berembun. "Lihat aku, Kin …" bisiknya lembut. Tatapan mereka bertemu, lama, dalam, dan sarat makna. Di balik mata itu, ada rasa yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, cinta, rindu, syukur, semuanya melebur jadi satu. Kinan mengangguk pelan. Ia merasakan tangan Bagas menyusuri punggungnya, mengundang setiap getar halus di kulitnya. Sentuhan itu bukan sekadar hasrat, tapi juga pengakuan, bahwa malam itu, mereka benar-benar saling memiliki. Suara napas mereka mulai berpadu,

