Pagi pertama setelah malam yang panjang itu terasa berbeda. Cahaya matahari menembus tirai hotel yang terbuka setengah, menyorot wajah Kinan yang masih terlelap di pelukan Bagas. Udara Paris terasa lembut, seperti ikut menjaga kebahagiaan dua insan yang baru saja menapaki hidup baru sebagai suami istri. Bagas memandangi wajah istrinya lama sekali. Ada perasaan syukur yang begitu besar di dadanya. Semua perjuangan, semua ragu, semua lelah yang dulu pernah menguji mereka, kini terbayar lunas dengan satu pemandangan sederhana: Kinan yang tersenyum kecil dalam tidurnya. Ia mengecup kening Kinan pelan. "Pagi, Madame Bagas," bisiknya lembut. Kinan menggeliat kecil, membuka mata dengan pandangan malas. "Hmm … masih pagi, Mas …" suaranya serak tapi manja, membuat Bagas tertawa kecil. "Kalau d

