Saat ini Sandra dan Fajar sudah pulang ke rumah, tepatnya di kamar mereka. Jam pun menunjukkan pukul sebelas malam. “Kamu tidur duluan, ya. Lupakan tentang segala yang mengganggu pikiran, entah itu Tia, Nadia bahkan Dion,” kata Fajar setelah sang istri menghabiskan s**u hamil yang biasa disiapkannya sebelum mereka tidur. “Mas Fajar mau tidur juga, kan?” “Saya ada urusan, pokoknya kamu tidur duluan aja. Jangan tungguin saya.” “Urusan apa padahal hampir tengah malam? Lihat jam, Mas. Ini jam berapa.” Mendengar Sandra berkata begitu, ada perasaan senang yang Fajar rasakan. Ia merasa menjadi suami yang dipedulikan oleh istrinya. Padahal, Sandra bertanya seperti itu tidak bermaksud apa-apa. Baginya itu pertanyaan biasa. “Ini urusan penting yang nggak bisa ditunda.” “Kenapa nggak dari tadi

