Rupanya Aji sudah membalas pesan Dita. Dan betapa balasannya itu membuat Dita semakin kesal saja.
[ Rumah itu benar-benar punya aura yang menakutkan dan berbahaya. Aku yakin kamu juga sudah tahu. Udah berapa lama kamu tinggal di sana? Lebih baik kamu segera pergi.]
Dita pun membalas Aji lagi.
[ Jangan sok tahu kamu. Gak usah sok tahu. Rumahku baik-baik aja. Aman-aman aja. Maksud kamu apaan, sih. Kalau mau komentar yang bener dong. Jangan-jangan kamu mau nipu. ]
Tak berselang lama, pesan Aji terlihat lagi.
[ Aku bukan penipu. Buat apa nipu soal beginian. Aku gak bohong. Aku gak sok tahu. Aku bisa ngerasain aura negatif dari sana. Aku bahkan bisa melihat ada sesuatu yang tersembunyi di rumah itu. Sesuatu yang tidak boleh keluar. ]
[ Aura? Apaan sih, gak jelas. Kamu bisa kan, kalau komentar lihat situasi dulu. Jangan sabotase lapak orang. ]
[ Sabotase? Buat apa? Aku bukan tukang jual rumah atau apa. Aku cuma ngerasain hal itu dan juga merasa harus menyampaikan ini ke kamu. ]
Apa maksud Aji? Apa itu garasinya? Di dalam garasi rumah Dita ada sesuatu yang tidak boleh keluar? Dita merinding. Merinding memikirkan di luar sana, mungkin ada orang-orang yang bisa melihat ada keganjilan di rumah yang tengah ia iklankan.
[ Cepat hapus dulu postingan iklan rumah kamu. ]
Lagi, pesan dari Aji datang lagi, padahal belum mendapat balasan dari Dita.
[ Kamu bener-bener bisa lihat sesuatu yang aneh? Kamu punya kemampuan lebih? ]
Sekarang, rasanya Dita tak ingin mengelak lagi. Mungkin saja, Aji bisa membantu. Ya, seandainya lelaki itu mau.
[ Iya. Aku bisa lihat, sedikit. Aku punya kemampuan itu, meskipun tipis. Tapi aku bisa ngerasain aura negatif dari rumah itu. Bahkan saat aku melihat fotonya, aku auranya terasa berada di dekatku. ]
Dita menarik napas panjang. Kembali, matanya menyisir sekeliling ruang tamu. Dita merasa ada sesuatu yang tengah mengawasinya. Dita melihat ke arah langit-langit, tapi tak ada apa pun.
[ Gitu, ya. Sebenarnya rumah ini memang aneh. ]
Dita mulai jujur.
[ Sudah kuduga. Tapi sejauh ini kamu gak terluka, kan? Kekuatan jahat bisa saja melukai penghuni rumah itu. ]
[Aku gak yakin, aku pernah mimpi dicekik dan ada bekas cekikannya. Cuma perih aja. Tapi gak sampe gimana-gimana, kok. ]
[Terus, gimana lagi? Apa lagi? Cuma itu? Di rumah itu pasti ada tempat atau sudut, atau ruangan yang gak boleh dibuka. Kamu mau kasih tahu aku? Supaya kamu gak sampe buka ruangan itu dan pada akhirnya celaka. ]
Dita menghela napas lagi. Sekarang, apa ia harus menceritakan semuanya? Benar-benar menceritakan semuanya? Bukan kepada pembeli, tapi kepada seorang Aji Dewanto, sang youtuber yang baru saja dikenalnya lewat media sosial?
Dita ragu. Ia hanya menatap layar ponselnya beberapa menit. Memerhatikan bulatan hijau yang menandakan lawan chatnya masih online.
Dita menyimpan ponselnya di meja. Ia berjalan ke arah jendela dan mulai melihat ke luar. Ke halaman rumahnya. Dulu, dulu sekali, ketika ia masih sangat kecil, saat orang tuanya belum pindah ke kota, ia sering bermain di sana. Bersama anak-anak yang lain. Bersama teman-temannya.
Suasananya tak seperti sekarang. Dulu cukup ramai. Sekarang entah kenapa tak ada lagi keceriaan. Hanya sepi. Seolah Dita hidup sendiri. Rumah di seberang sana, juga tampak tak berpenghuni, meskipun Dita tahu tetangga anehnya berada di sana.
Beberapa kilo dari rumahnya memang ada rumah lain. Cukup banyak juga. Akan tetapi, sungguh mengherankan tak ada sama sekali yang lewat depan rumah Dita. Kadang ada sepeda motor, tapi itu jarang sekali. Dita tidak mengerti. Seolah tak ada warga yang mau melintas.
Apa semua orang sudah tahu tentang kejanggalan rumah Dita?
Mungkin, ia memang butuh bantuan. Bahkan jika pamannya tak bisa membantu, orang asing pun boleh jadi.
Dita kembali meraih ponsel.
[ Aku butuh bantuan kamu. Boleh? ]
Cukup lama, Aji membalas. Syukur, balasan Aji membuat Dita merasa lega.
[ Boleh. Aku akan bantu kamu meskipun dari jarak jauh. Pertama-tama, hapus iklan rumah kamu. ]
Dita pun mengiakan. Ia dengan cepat menghapus seluruh postingan iklan. Baik itu di wall pribadinya, maupun di berbagai grup jual-beli.
Setelah itu, kembali bertanya kepada Aji.
[ Terus, sekarang aku mesti gimana? ]
[ Aku tanya, kejadian aneh apa aja yang udah kamu alami di sana? Atau kejadian-kejadian aneh apa aja yang sering kamu alami. ]
Dita pun mulai menerangkan kejadian apa saja yang sudah ia alami di rumahnya. Dimulai dari barang-barang yang terjatuh tanpa sebab yang jelas, suara-suara yang masuk lewat telepon, seperti ketika ia sedang berbicara dengan Rena kemarin-kemarin. Tetangga aneh, dan mimpi buruk. Serta gedoran pintu yang selalu datang tiba-tiba.
Semuanya ia ceritakan. Bahkan tanpa sadar, jarinya sampai gemetar demi menuliskan semua itu.
[ Ternyata udah cukup intens, ya? Kapan tepatnya kamu sering mengalami kejadian-kejadian itu? ]
[ Kebanyakan pas sore hari terus menjelang malam dan sampai dini hari. Semua kejadian aneh dan bahkan suara-suara yang kadang aku gak tahu asalnya dari mana. ]
[ Oke, kamu tunggu aja sampe sore hari. Sekarang lakukan kegiatan aja seperti biasa. Jangan biarin pikiran kamu terfokus sama hal-hal itu terus. ]
[ Oke. Eh gimana aku hubungin kamu? Lewat messenger kayaknya gak enak. ]
Beberapa saat kemudian, Aji membalas.
[ Ini nomorku: 08********** ]
Segera, Dita menyimpan nomor Aji ke deretan kontaknya.
Sekarang, benar apa yang dikatakan oleh Aji. Ia hanya harus melakukan kegiatan seperti biasa. Jangan terlalu fokus pada apa yang membuatnya merasa takut.
Pertama, ia akan memasak. Ya, beberapa hari ini ia selalu makan makanan instant. Kali ini, perutnya harus dipenuhi dengan asupan makanan yang sehat.
Dita membuka beberapa bungkusan yang diberikan oleh pamannya. Ada beberapa sayuran dan daging. Sebenarnya, ia tidak pernah memasak makanan yang sulit.
Dita hanya tahu cara menggoreng dan merebus. Ya, itu saja.
Mungkin menumis juga. Sekarang kan segala sesuatunya jadi mudah. Ada banyak video tutorial memasak yang bisa ia tonton.
Mulailah gadis itu mencoba mencari makanan enak yang dibuat dengan cara paling mudah. Semua masakan yang ia lihat tampak sangat menarik. Beberapa terlalu sulit. Hingga akhirnya pilihan jatuh pada ayam goreng crispy. Oh, itu sungguh mudah, pikir Dita.
***
Setelah menghabiskan beberapa potong ayam, Dita mendengarkan musik. Ia sedikit bersenandung dan bahkan menari-nari kecil. Sampai pandangannya tertuju ke luar. Ada seseorang di halaman rumahnya. Tengah berdiri dan menatapnya tajam!
Si tetangga aneh!
Ya ampun, hari menjelang petang. Dita menarik napas panjang dan perlahan menutup pintu rumahnya. Menguncinya.
Tak lupa, ia menggenggam ponselnya erat-erat.